Friday, February 23, 2018

Tentang Waktu yang Terus Berjalan




Setiap hati memiliki kisah masing-masing, memiliki perjalanan hidup masing-masing, Setiap hati memiliki alasan, pilihan, dan keputusan masing-masing. Setiap hati memiliki kesempatan masing-masing, memiliki waktu masing-masing. Waktu yang terus berjalan memberikan ruang dan tempat bagi setiap jejak perjalanan yang menentukan menjadi sekuat apa dan sedewasa apa masing-masing hati. Kenapa?

Karena waktu yang terus berjalan, membawa setiap hati pada pertemuan-pertemuan baru, sekaligus perpisahan. Memberikan banyak rasa, pengalaman, dan kenangan. Mungkin, kemarin kita baru saja bertemu dan mulai mengenal seseorang. Kemarin, dia masih menjadi orang asing. Hari ini, kita kembali mengenalnya, dengan lebih baik. Hari-hari berikutnya, kita mulai merasa nyaman berada di sampingnya, entah sebagai teman, sahabat, atau mungkin pilihan hati. Entah pada hari ke berapa, kita mulai bertemu rasa rindu. Mulailah kita membuat banyak kenangan dengan seseorang itu. Ada yang mudah dilupakan, ada pula yang selalu tersimpan rapi di hati. Waktu yang terus berjalan, mungkin mengharuskan kita untuk berpisah dengan seseorang itu, entah untuk waktu yang sebentar ataupun sangat lama. Sebelumnya, kita sudah bertemu rasa rindu. Tapi, ketika perpisahan dengannya tiba, rindu bisa saja menjadi tak seindah sebelumnya. 

Karena waktu yang terus berjalan, baik waktu yang sudah, sedang, dan akan kita lewati nanti, seringkali memberikan banyak kejutan sekaligus tantangan. Kemarin kita mungkin merasa sangat lelah dengan masalah yang kita hadapi. Lelah dengan pilihan hidup kita sendiri. Kita mulai bertanya-tanya, apakah pilihan yang kita ambil tepat? Apakah suatu saat nanti, kita bisa membahagiakan orang-orang yang kita sayang dengan pilihan kita itu? Kenapa sampai sekarang, kita seperti masih berdiri di titik yang sama, satu tempat yang sama, belum bergerak kemanapun? Namun, masih ada semangat dan harapan di hati untuk terus memperjuangkan pilihan kita itu. Kemarin, kita memilih untuk menikmati proses itu sebaik-baiknya. Begitulah, kemarin kita memang sempat ragu dengan pilihan kita sendiri, mulai lelah. Tapi, kita masih memilih untuk terus berjuang, sampai akhir.

Lalu, hari ini kita bertemu, atau mungkin menerima kabar dari teman lama, teman masa kecil kita mungkin. Teman kita itu ternyata sudah menjadi seseorang yang jauh berbeda dari yang dulu. Menjadi seseorang yang jauh lebih baik. Menjadi seseorang yang sudah meraih banyak hal dalam kehidupannya. Menjadi seseorang yang sudah bisa membahagiakan orang-orang yang disayanginya. Menjadi seseorang yang berhasil meraih cita-citanya. 

Kita pun mulai membandingkan perjalanannya dengan perjalanan kita yang sekarang. Sepertinya, kita sudah tertinggal sangat jauh. Tanpa kita tahu, teman kita ternyata sudah berlari sangat jauh. Sementara kita, masih berjalan tertatih. Atau bahkan, masih berdiri di tempat yang sama. Belum memilih bergerak ke arah manapun. Mulailah kita merasa kecewa pada diri sendiri. Kalau teman kita sudah melakukan banyak hal untuk melangkah jauh, apa yang sudah kita lakukan selama ini? Apakah selama ini kita hanya membuang waktu kita percuma? Akhirnya, kita semakin merasa lelah. Bahkan bukan hanya lelah, tapi kalah. Di tengah rasa lelah dan kalah itu, ada satu keinginan untuk mengejar ketertinggalan dari teman kita itu. Baikkah keinginan ini? 

Keinginan ini akan menjadi baik kalau memotivasi kita untuk berjuang lebih kuat lagi, berjuang sampai akhir. Namun, keinginan ini akan menjadi tidak baik kalau hanya membuat kita ingin bersaing dengan teman kita itu, lalu melupakan apa tujuan kita sebelumnya. Tujuan untuk membahagiakan orang-orang yang kita sayang. Kita tidak pernah tahu perjuangan yang telah dilewatinya untuk mencapai kesuksesannya sekarang. Bukan hanya kita yang sedang berjuang, teman kita itu juga sedang berjuang.

Untuk esok hari dan hari-hari selanjutnya, selalu masih menjadi misteri. Hari ini kita merasa lelah, bahkan kalah dari teman kita sendiri. Apakah besok kita harus merasakan hal yang sama lagi? Besok apakah kita akan menerima kabar dari teman kita yang lain lagi? Kabar yang membuat kita merasa semakin lelah, dan kembali kalah? 

Merasa lelah itu hal yang wajar. Lalu, bagaimana dengan merasa kalah? Setiap orang memiliki kesempatan masing-masing, memiliki waktu masing-masing. Kita dan teman kita sama-sama sedang berjuang dengan pilihan dan cara kita masing-masing. Kalaupun teman kita memang memperoleh kesempatan terlebih dahulu untuk sukses, itulah buah dari perjuangannya selama ini. Suatu saat nanti, insyaalloh kita juga akan mendapat kesempatan untuk sukses, menyusul teman kita itu. Menyusul, bukan bersaing. 

Kalaupun teman kita sekarang sudah berhasil membahagiakan orang-orang yang disayanginya, suatu saat nanti kita juga pasti bisa melakukan hal yang sama. Kalaupun sekarang kita belum bisa membahagiakan orang-orang yang kita sayangi dari apa yang kita definisikan sebagai cita-cita ataupun pilihan hidup, berarti sekarang bukanlah waktu yang tepat. Kita masih harus berjuang. Allah SWT sudah memilihkan waktu yang paling tepat. Kapan kita masih harus merasakan jatuh bangun, kapan kita berhasil membahagiakan ibu, ayah, dan mereka semua yang kita sayang. Alloh SWT sudah menuliskan skenario kehidupan terbaik yang akan kita jalani nanti. 

Satu lagi, setiap hari, bahkan sebelum kita berhasil meraih cita-cita, sebenarnya kita bisa membahagiakan orang-orang yang kita sayang dengan beragam cara, bahkan dengan cara yang sangat sederhana sekalipun. 

\^o^/

2 comments: