Friday, September 25, 2020

Let's Read, Let's Open Your New World!

 


Buku bahasa inggrisnya book. Kalau buku biru bahasa inggrisnya blue book. Buku biru diulang-ulang terus tanpa jeda dalam bahasa inggris coba, blue book, blue book, blue book, blue book, blue book, blue book.... Dan akhirnya sampai pada suara blubuk-blubuk, seperti suara kecemplung di air. Bercanda sedikit boleh ya? Pasti boleh!

Topik kali ini memang tentang buku. Kalau tentang buku, artinya tentang dunia membaca. Dunia membaca miliknya siapapun yang sudah, sedang, dan akan mencintai budaya membaca. Apa yang bisa dibaca? Buku dari beragam genre dan sumber literasi dengan berbagai medianya. Karena sekarang, media literasi tidak terbatas pada media cetak. Media literasi berbasis digital sudah melimpah ruah.

Sebelumnya, coba dihitung, sudah berapa banyak buku yang pernah kita baca sampai halaman terakhir? Kalau novel atau buku cerita, sampai the end. Setelah itu, kira-kira berapa lama waktu yang kita perlukan untuk membaca satu judul buku? Judul buku apa yang paling berkesan di hati sampai sekarang?

Jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan di atas pasti beraneka rupa dan warnanya. Oke, fokus ke pertanyaan ketiga ya! Judul buku apa yang paling berkesan di hati sampai sekarang?

Mungkin sudah ada banyak novel, buku cerita, buku pelajaran, dan buku-buku referensi yang terjaga rapi di rak perpustakaan yang pernah mengisi hari-hari kita. Kalau saya, ada satu buku yang paling berkesan sampai sekarang. Buku pertama yang dibelikan ibu. Judulnya apa? Sudah lupa. Katanya berkesan, kenapa sampai lupa judulnya? Lupa edisi kali ini bisa dimaafkan, karena dulu kan masih belum masuk TK. Jadi, belum bisa membaca huruf, kata, apalagi kalimat.

Terus apa yang dibaca? Yang dibaca gambar cerita. Memang ada beberapa baris kalimat di bawahnya. Tapi waktu kecil dulu, kalimatnya nomor ke sekian. Gambarnya nomor satu. Hanya dari gambarnya yang sederhana, sudah berhasil membuat pembaca cilik ini tahu isi ceritanya, lalu mengomentari ceritanya. Komentarnya seperti ini, “Mesakke banget adike ya, Buk.” Artinya, “Kasihan sekali adiknya ya, Bu.” Kenapa anak kecil di ceritanya kasihan?

Jadi, ceritanya tentang anak laki-laki kecil yang mandi di sungai. Bajunya dilepas, lalu diletakkan di atas “sesuatu” yang terlihat seperti dahan atau ranting pohon. Karena terlalu asyik mandi di sungai, si anak kecil tidak menyadari kalau “sesuatu” tadi bisa bergerak. Bahkan, bisa berjalan dan tanpa sengaja membawa baju si anak kecil. Ternyata, “sesuatu” itu bukan dahan atau ranting pohon, tetapi seekor rusa yang yang juga sedang beristirahat di sungai. Lalu, apa yang terjadi pada si anak kecil tadi? Mengetahui bajunya hilang, si anak kecil hanya bisa menangis terisak. Lalu, pulang tanpa memakai baju. Hanya celananya yang masih dipakainya waktu mandi tadi.

Bukan hanya ceritanya yang sangat sederhana. Gambarnya pun masih monokrom, belum warna-warni seperti sekarang. Tapi karena cerita dan gambar yang sederhana itu, ibu dan ayah saya tersenyum bahagia. Kenapa? Karena anaknya yang belum TK, belum mengenal abjad bisa membaca gambar. Bisa menangis juga karena larut dalam kisahnya. Pengalaman membaca buku pertama akan selalu menjadi kenangan manis.  

Karena anaknya yang belum bisa membaca ini berulang kali membaca gambar yang sama di buku yang sama, akhirnya ibu membelikan beberapa buku cerita baru. Masih dengan gambar monokrom. Tapi, ceritanya berbeda. Ceritanya tentang kehidupan sehari-hari di rumah. Dan tetap, cerita pada buku pertama belum ada yang menandingi.

Cerita di buku pertama, bukan hanya sekadar cerita. Tapi, dari sanalah anak kecil yang dulu hobinya cuma nangis ini penasaran, ingin tahu, dan mulai menduga-duga apa yang terjadi selanjutnya pada anak kecil yang kehilangan bajunya. Apakah anak itu bisa sampai ke rumahnya? Bagaimana di perjalanan sebelum sampai ke rumahnya? Apakah ada orang baik yang akan meminjaminya baju? Atau malah ada yang mengejeknya? Setelah sampai rumah, apa dia akan dimarahi ibunya?

Berjalannya waktu, semakin suka pada buku cerita, majalah anak, sampai buku pelajaran Bahasa Indonesia di SD yang ada bacaannya. Karena hobinya menebak apa yang akan terjadi tentang setelahnya, mulailah suka membuat cerita sendiri. Cerita yang bisa memuaskan rasa penasaran dan ingin tahu diri sendiri. Kalau ceritanya yang membuat kita sendiri, pasti kitalah orang pertama yang tahu bagaimana endingnya, atau mungkin akan ada kisah setelahnya kan?

Sampai sekarang pun masih keterusan. Masih suka membuat coretan-coretan di buku catatan kecil atau di netbook. Masih berlanjut menulis cerita untuk novel, tapi belum selesai. Masih berlanjut posting di blog. Masih apalagi? Masih ada banyak hal harus diraih dari hobi menulis ini.

Buku pertama, seperti cinta pertama, tak akan pernah kulupa. Eaaaa.... Tapi serius, buku pertama itulah yang mengantarkan pada judul-judul buku yang lain, mengenalkan pada dunia membaca. Setelah mengenal baik dunia membaca, apalagi? Karena jumlah buku yang dibaca semakin bertambah dan genrenya pun beragam, semakin bertambah pula koleksi cerita, wawasan, dan pengetahuan tentang dunia. Dari sana, kita akan memahami tentang “kita” sebagai bagian dari cerita dunia. Di luar sana, ada banyak orang yang memiliki cerita dan kehidupan masing-masing. Kita pun memiliki cerita dan kehidupan sendiri. Cerita yang bisa kita tuliskan, lalu kita bagikan pada seluruh dunia.

Dari satu buku, entah pada halaman ke berapa, ada satu dunia baru yang saya temukan, dunia menulis. Menulis cerita, artikel, opini, dan insyaalloh novel menjadi cara bahagia saya yang sederhana. Menjadi cara sederhana saya menemukan diri saya. Setelah bertemu dunia menulis, bagaimana dengan dunia membaca sebelumnya? Dunia membaca menjadi lebih bermanfaat dari sebelum-sebelumnya. Kalau kita tidak membaca, bagaimana kita bisa tahu apa yang ingin kita tulis? Ya, kan?

Dulu, sumber dan media literasi baca belum “sekaya” sekarang. Gambarnya pun kebanyakan monokrom, karena yang warna-warni dulu harganya mahal. Karena itu, pembaca cilik zaman sekarang sangat beruntung, bisa memiliki dan berinteraksi dengan beragam sumber dan media literasi baca. Kalau dulu harus susah-susah beli di toko buku atau pinjam ke perpustakaan, sekarang ada banyak buku cerita berbasis digital, yang bisa dibaca secara online ataupun offline, dan free. Bukan hanya itu, gambar ilustrasinya pun sudah warna-warni, tidak hanya monokrom. Kurang apa coba?

Salah satu aplikasi yang bisa menjadi salah satu sumber literasi baca para pembaca cilik adalah Let’s Read. Kenalan lebih jauh dengan aplikasi berlogo gajah lucu yang hobinya membaca ini, yuk!

 

Aplikasi Let’s Read adalah aplikasi perputakaan digital yang dipelopori oleh program Books for Asia, The Asia Foundation. Aplikasi ini diharapkan dapat menjadi media literasi yang dapat menumbuhkan minat, kesenangan, kemampuan, keterampilan, dan budaya membaca para pembaca cilik pada era digital ini.

Melalui aplikasi Let’s Read, adik-adik kecil yang sedang semangat-semangatnya belajar membaca, bisa memilih dan membaca banyak sekali buku cerita bergambar secara gratis. Sebanyak apa? Puluhan, ratusan, ribuan, bahkan jutaan judul buku dari berbagai bahasa, genre, dan tingkatan. Kita kupas satu-satu, ya!

Pertama, buku cerita pada Let’s Read disajikan dalam berbagai bahasa nasional dan daerah. Kalau ada yang penasaran dengan buku cerita bergambar dengan bahasa daerahnya sendiri, boleh dicoba. Karena, adik-adik bukan sekadar membaca, tapi juga melestarikan bahasa daerah. Kedua, cerita dari beragam genre, mulai fiksi sampai nonfiksi. Ada cerita tentang superhero, petualangan, sains, kehidupan binatang, keluarga dan persahabatan, folktales, dan masih banyak lagi. Ketiga, tak kalah dengan dunia games yang punya level, di dunia membaca pun ada level atau tingkatannya. Di Let’sRead ini, adik-adik bisa memilih berpetualang ke dalam dunia membaca mulai dari level berapa. Tingkat level membaca, akan menentukan jumlah kosa kata dalam setiap halamannya.

Selain terdiri dari beragam bahasa, genre, dan level, gambar-gambar ilustrasi di setiap ceritanya bagus-bagus loh! Inilah beberapa gambar ilustrasinya!

("Nilam si Tabib", Penulis: Rizky Ramda, Ilustrator: Ella Elviana)


("A New Nest", Penulis: Ratna Kusuma Halim)

("Bermain Apa?", Penulis: Hasmar Affandi, Ilustrator: Elvira Novianti Ken)


("Bermain Apa?", Penulis: Hasmar Affandi, Ilustrator: Elvira Novianti Ken)

Kalau diperhatikan, di gambar ilustrasi terakhir, ada sesuatu yang spesial. Apa itu? Ada yang bisa menebak? Hehehehehehehe.... Yakin, pasti langsung ketemu jawabannya! Ada anak-anak kecil yang bermain gundu atau kelereng, salah satu permainan tradisional tempo dulu yang tak pernah lekang oleh waktu. Ada yang pernah atau mungkin sering bermain kelereng di rumah bersama teman-teman? Baru satu, dan masih ada banyak lagi unsur-unsur budaya daerah dan kearifan lokal. yang dapat ditemukan dari koleksi buku cerita bergambar Let’s Read. Penasaran? Karena itu, mulailah berpetualang di Let’s Read!

Tapi, bagaimana kalau adik-adik lebih suka membaca buku cetak? Tenang, jangan galau ya! Let’s Read sudah menyiapkan pilihan download buku cerita. Adik-adik tinggal memilih dan mendownload secara gratis buku cerita bergambar yang mau dibaca. Lalu, adik-adik bisa mencetak sendiri.

Bagaimana cara mengunduh aplikasinya? Caranya mudah sekaliiiii! Pertama, buka Play Store. Lalu, search aplikasi Let’s Read dengan logo gajah lucu berwarna abu-abu yang membawa sebuah buku dengan belalainya. Setelah menemukan aplikasinya, tinggal download. Aplikasinya juga bisa langsung diunduh di sini ya!

Nah, setelah berhasil mendownload aplikasinya, saatnya mengatur bahasa, level, dan genrenya. Check video di bawah ini ya!

 


Let’s read, and open your new world! Bacalah buku apapun yang kalian suka, dari media manapun yang menurut kalian paling nyaman. Karena tanpa membaca, kalian tidak akan pernah tahu pada judul buku yang mana, pada halaman ke berapa, kalian akan menemukan dunia kalian yang baru. Dunia baru yang akan mengantarkan kalian pada petualangan-petualangan yang baru.

 \^O^/

2 comments:

  1. seru buku pertamanyaa...Iya, anak-anak lebih suka buku yang full colour dan ceritanya seru ya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaaa... Masih inget buanget gambar sama ceritanya kak... Anak kecilnya rambutnya ada kuncunhnya kuncungnya gitu... 👶 Tapi bukunya sekarang sudah entah di mana....😭 sudah dua puluh tahun lebih.... 😝

      Terima kasih sudah mampir ke sini Kak... 🤗

      Delete