Cinta bukanlah sebuah
arena perlombaan. Bukan arena siapa yang lebih cepat mencapai garis finish. Bukan arena siapa yang lebih
cepat memiliki hati seseorang yang spesial.
(credit pict: https://picsart.com)
Jatuh cinta adalah
salah satu proses perjalanan hati. Ada yang menempuh proses yang sebentar,
bahkan singkat untuk memahami bahwa ada cinta yang sudah tumbuh di hati. Entah
sejak kapan cinta itu mulai tumbuh. Yang penting sekarang, cinta itu memang ‘ada’
dan sudah tumbuh semakin dalam setiap harinya. Apakah itu cinta pada pandangan
pertama? Atau mungkin hanya butuh waktu beberapa hari saja untuk mengenalnya, untuk
menjatuhkan pilihan hati padanya?
Namun, tidak
sedikit juga yang harus menempuh perjalanan yang berliku, membutuhkan waktu yang
lebih panjang untuk mengenal dan menyatakan diri bahwa ‘dia sedang jatuh cinta’.
Kenapa mereka membutuhkan waktu yang lebih panjang? Kalau ditanya kenapa, jawaban
yang paling cepat ditemukan adalah karena itu semua urusan hati masing-masing.
Ada hati yang memerlukan waktu lebih panjang untuk mengenal dengan baik
seseorang yang baru dikenal. Memerlukan waktu lebih panjang untuk merasa nyaman
ketika berada di sampingnya. Memerlukan waktu yang lebih panjang untuk
menyadari bahwa itu bukan hanya nyaman, tapi juga ada rasa yang lain, rasa yang
jauh lebih indah, lebih spesial di dalamnya. Memerlukan waktu yang lebih
panjang untuk menumbuhkan cinta di hatinya.
Jadi, dari mulai
jatuh cinta, masing-masing hati memiliki waktu mereka masing-masing. Waktu yang
mungkin lebih sering berbeda-beda. Mulai dari waktu kapan bertemu untuk pertama
kali, kapan mulai ingin mengenalnya lebih jauh, dan kapan mulai jatuh cinta.
Setelah jatuh
cinta, saatnya memulai perjuangan. Perjuangan untuk ‘menumbuhkan’ cinta di hati
seseorang yang menjadi pilihan hati. Sayangnya, ternyata seseorang itu juga
menjadi pilihan hati orang lain. Hmmm.... orang lain, bisa orang asing, bisa
orang yang kita kenal baik, bisa orang yang sangat dekat dengannya. Bukan hanya
kita yang sedang berjuang untuk mendapatkan hatinya.
Setiap hati
memiliki pilihan dan cara mereka masing-masing untuk memperjuangkan cinta
mereka. Yang penting, ketika kesempatan untuk memperjuangkan cinta itu datang, pilihlah
cara berjuang yang baik. Ketika ada dua hati yang saling jatuh cinta, di tempat
lain mungkin ada satu hati yang patah. Setidaknya, dengan memilih cara berjuang
yang baik, luka yang tergores di hati tidak datang bersama benci. Meskipun rasa
kecewa, sedih, marah itu tetap ada, luka tidak menumbuhkan keinginan untuk menyakiti
ataupun untuk merebut kembali. Dengan cara berjuang yang baik, insyaalloh,
ketika kita harus menjadi hati yang patah, kita akan lebih mudah untuk
melepaskan.
Kembali pada cinta
yang bukanlah sebuah arena perlombaan. Ketika memiliki kesempatan untuk
memperjuangkan cinta, tidak ada keharusan dan kewajiban untuk mendapatkan hati
dan cintanya. Cinta bukanlah garis finish
yang harus kita menangkan. Pemenang dalam perjuangan cinta bukan siapa yang
lebih dulu dikenalnya. Bukan siapa yang lebih dulu jatuh cinta. Bukan siapa
yang bergerak jauh lebih cepat untuk merebut perhatiannya. Bukan siapa yang berjuang
habis-habisan untuk merebut hatinya.
Cinta selalu
datang menyapa hati dengan alasannya masing-masing, tidak bisa dipaksakan. Karena
itu, kita tidak bisa memaksakan siapa yang akan menjadi pilihan hatinya, siapa
yang kelak akan dicintainya. Kita tidak bisa memaksakan pada siapa dan kapan dia
harus jatuh cinta.
Jadi, biarkanlah
cinta tumbuh dengan caranya sendiri. Kita memang harus memperjuangkan cinta,
tapi berjuanglah dengan cara yang baik. Berhentilah, saat kita memang harus
berhenti. Berhenti bukan berarti menyerah dan kalah. Berhenti di sini artinya melepaskan
dia untuk bahagia dengan pilihan hatinya sendiri. Berhenti di sini artinya siap
untuk belajar bahagia ketika melihatnya berbahagia dengan pilihan hatinya....
(Berat memang, sangat berat malah. Tapi lebih baik berat, daripada menyakiti
diri sendiri dan orang yang kita sayang kan?)
Cinta bukanlah
sebuah arena perlombaan. Bukan tentang siapa yang menjadi pemenang dan siapa
yang harus kalah. Ketika ternyata kita bukanlah pilihan hatinya, bukan berarti
kita kalah kan? Kita hanya ‘tidak berjodoh’ dengannya. Sudah saatnya untuk
melepaskan dia dan perasaan untuknya. Ketika ternyata kita bukanlah pilihan
hatinya, bukan saatnya untuk menumbuhkan benci. Tapi, sudah saatnya untuk
menciptakan bahagia dengan cara yang lain, cara yang jauh lebih indah.
Mengenalnya
sebagai orang baik, mendapat kesempatan untuk merasakan indahnya jatuh cinta
karenanya, sudah lebih dari cukup. Kalaupun dia bukan jodoh kita, tidak apa-apa
kan? Masih bisa menjadi temannya kan? Masih banyak alasan untuk bahagia kan? Kita
masih memiliki waktu menunggu seseorang yang sudah ditakdirkan menjadi jodoh
kita nanti kan? Mungkin sekarang, belum waktunya bertemu dia. Tapi, masih ada
nanti kan? (Banyak ‘kan’-nya yaaa.... Hehehehehe....)
\^o^/
No comments:
Post a Comment