Sunday, June 3, 2018

Tentang Hati: Pilihan untuk Pergi atau Tetap Tinggal 2

credit pict: https://www.123rf.com

Hola... hai... apa kabar? Apa kabar hati? Apa kabar hari? Apa kabar semuanya?Hehe... \^o^/

Ada yang pernah bertemu satu hari, atau mungkin beberapa hari di mana kita sendiri bingung harus melakukan apa? Binngung harus berbuat apa? Bingung harus mulai dari mana? Bingung untuk menentukan langkah apa yang harus diambil? Bingung terhadap waktu dan keadaan yang seolah tak adil karena selalu menempatkan kita pada posisi yang tak nyaman, posisi yang sulit? Bingung karena di satu sisi, kita ingin segera pergi, tempat di mana kita berada ssekarang belum mengizinkan untuk pergi? Kalaupun pada akhirnya kita harus memilih pergi, entah tempat mana yang harus kita singgahi berikutnya. 

Sampai akhirnya, kita memilih untuk beristirahat dari banyak hal, memilih menepi sendiri. Beristirahat dan menepi... entah karena apa dan untuk siapa? Karena yang sedang kita sapa dan hadapi bukanlah lelah, tapi hati. Hati yang selalu rumit. Hati yang selalu memiliki sudut pandangnya sendiri. Sudut pandang yang sulit dipahami.

Hati manusia memang unik... selain sulit dipahami, hati bisa berubah-ubah dalam tempo yang tidak bisa ditentukan, bahkan oleh pemiliknya sendiri. Beberapa hari yang lalu mungkin kita memilih untuk singgah lebih lama di tempat yang sebenarnya tidak lagi menjadi tempat yang nyaman. Hati memilih untuk menyelesaikan tanggung jawab di sana. Kemarin... kita masih memilih untuk menunggu kesempatan, bukan mencari kesempatan.

Tapi hari ini, pilihan hati itu mulai berubah. Mungkin karena ada seseorang yang tiba-tiba memilih pergi dari tempat itu. Sementara kita yang sudah cukup lama memikirkan untuk pergi, justru masih tetap bertahan. Seseorang itu memilih pergi karena ingin melangkah maju, ingin mengubah keadaan menjadi lebih baik di tempat yang baru. 

Bukan hanya karena seseorang yang akan segera pergi. Tapi karena kita pun dihadapkan pada pertanyaan ‘kapan kamu berani untuk berubah?’ Kalau kita tetap bertahan di sana, keinginan untuk berubah itu mungkin harus tertunda untuk waktu yang cukup lama. Pertanyaan selanjutnya ‘kapan kamu mau dan mampu membahagiakan ibu dan ayah?’ Kita tidak hanya hidup seorang diri. Ada ibu dan ayah yang selalu menyebut nama kita dalam doa-doa mereka. Ada ibu dan ayah yang setiap hari menjaga harapan agar suatu saat nanti, kita bisa menjadi tempat mereka bersandar di hari tua mereka. Sementara, kalau kita terus bertahan di tempat yang sama, apakah kelak kita bisa membahagiakan mereka dengan cara yang terbaik? 

Tidak sampai di sana.... Lagi-lagi inilah salah satu ujian hati. Ketika hati sudah menemukan alasan untuk pergi, tapi hati belum menemukan tampat baru untuk disinggahi. Kalaupun ada, tempat baru itu berada di tempat yang sangat jauh. Tempat baru itu mengharuskan kita berpisah sementara dengan orang-orang yang kita sayang. Sanggupkah kita berpisah dan jauh dari mereka?

Alasan untuk pergi sudah digenggam, tapi tempat baru untuk disinggahi belum juga ditemukan. Sementara waktu terbaik untuk menyampaikan alasan kita untuk pergi akan segera datang. Kalaupun lagi-lagi kita harus memilih menunda kepergian kita, tempat yang masih kita singgahi akan berubah menjadi tempat yang semakin tidak nyaman. Kita pun akan semakin sulit untuk pergi. Kenapa? Karena kita memang masih sangat dibutuhkan di sana.

Tentang hati, tentang pilihannya untuk pergi atau tetap tinggal. Selalu menjadi tugas yang tak pernah sederhana. Masing-masing pilihan membawa konsekuensi dan tanggung jawab yang harus kita hadapi.

Tentang pilihan untuk pergi atau tetap tinggal... haruskah kita kembali menyerahkan pada waktu dan keadaan untuk memilih pilihan yang terbaik? Atau... haruskah kita memulai langkah baru? Langkah baru yang mengantarkan kita pada dunia baru. Dunia baru yang mungkin penuh tantangan dan mengharuskan kita bersahabat baik dengan masalah dan resiko.

\^o^/

No comments:

Post a Comment