credit pict: https://www.123rf.com
Hola... hai... apa
kabar? Apa kabar hati? Apa kabar hari? Apa kabar semuanya?Hehe... \^o^/
Ada yang pernah
bertemu satu hari, atau mungkin beberapa hari di mana kita sendiri bingung
harus melakukan apa? Binngung harus berbuat apa? Bingung harus mulai dari mana?
Bingung untuk menentukan langkah apa yang harus diambil? Bingung terhadap waktu
dan keadaan yang seolah tak adil karena selalu menempatkan kita pada posisi
yang tak nyaman, posisi yang sulit? Bingung karena di satu sisi, kita ingin
segera pergi, tempat di mana kita berada ssekarang belum mengizinkan untuk
pergi? Kalaupun pada akhirnya kita harus memilih pergi, entah tempat mana yang
harus kita singgahi berikutnya.
Sampai akhirnya,
kita memilih untuk beristirahat dari banyak hal, memilih menepi sendiri.
Beristirahat dan menepi... entah karena apa dan untuk siapa? Karena yang sedang
kita sapa dan hadapi bukanlah lelah, tapi hati. Hati yang selalu rumit. Hati
yang selalu memiliki sudut pandangnya sendiri. Sudut pandang yang sulit
dipahami.
Hati manusia
memang unik... selain sulit dipahami, hati bisa berubah-ubah dalam tempo yang
tidak bisa ditentukan, bahkan oleh pemiliknya sendiri. Beberapa hari yang lalu
mungkin kita memilih untuk singgah lebih lama di tempat yang sebenarnya tidak
lagi menjadi tempat yang nyaman. Hati memilih untuk menyelesaikan tanggung
jawab di sana. Kemarin... kita masih memilih untuk menunggu kesempatan, bukan
mencari kesempatan.
Tapi hari ini,
pilihan hati itu mulai berubah. Mungkin karena ada seseorang yang tiba-tiba
memilih pergi dari tempat itu. Sementara kita yang sudah cukup lama memikirkan
untuk pergi, justru masih tetap bertahan. Seseorang itu memilih pergi karena
ingin melangkah maju, ingin mengubah keadaan menjadi lebih baik di tempat yang
baru.
Bukan hanya karena
seseorang yang akan segera pergi. Tapi karena kita pun dihadapkan pada
pertanyaan ‘kapan kamu berani untuk berubah?’ Kalau kita tetap bertahan di
sana, keinginan untuk berubah itu mungkin harus tertunda untuk waktu yang cukup
lama. Pertanyaan selanjutnya ‘kapan kamu mau dan mampu membahagiakan ibu dan
ayah?’ Kita tidak hanya hidup seorang diri. Ada ibu dan ayah yang selalu
menyebut nama kita dalam doa-doa mereka. Ada ibu dan ayah yang setiap hari
menjaga harapan agar suatu saat nanti, kita bisa menjadi tempat mereka
bersandar di hari tua mereka. Sementara, kalau kita terus bertahan di tempat
yang sama, apakah kelak kita bisa membahagiakan mereka dengan cara yang
terbaik?
Tidak sampai di
sana.... Lagi-lagi inilah salah satu ujian hati. Ketika hati sudah menemukan
alasan untuk pergi, tapi hati belum menemukan tampat baru untuk disinggahi.
Kalaupun ada, tempat baru itu berada di tempat yang sangat jauh. Tempat baru
itu mengharuskan kita berpisah sementara dengan orang-orang yang kita sayang.
Sanggupkah kita berpisah dan jauh dari mereka?
Alasan untuk pergi
sudah digenggam, tapi tempat baru untuk disinggahi belum juga ditemukan.
Sementara waktu terbaik untuk menyampaikan alasan kita untuk pergi akan segera
datang. Kalaupun lagi-lagi kita harus memilih menunda kepergian kita, tempat
yang masih kita singgahi akan berubah menjadi tempat yang semakin tidak nyaman.
Kita pun akan semakin sulit untuk pergi. Kenapa? Karena kita memang masih
sangat dibutuhkan di sana.
Tentang hati,
tentang pilihannya untuk pergi atau tetap tinggal. Selalu menjadi tugas yang
tak pernah sederhana. Masing-masing pilihan membawa konsekuensi dan tanggung
jawab yang harus kita hadapi.
Tentang pilihan
untuk pergi atau tetap tinggal... haruskah kita kembali menyerahkan pada waktu
dan keadaan untuk memilih pilihan yang terbaik? Atau... haruskah kita memulai
langkah baru? Langkah baru yang mengantarkan kita pada dunia baru. Dunia baru
yang mungkin penuh tantangan dan mengharuskan kita bersahabat baik dengan
masalah dan resiko.
\^o^/
No comments:
Post a Comment