Hati memang selalu
penuh misteri, penuh teka-teki. Rumit. Terkadang mudah dipahami, tapi lebih
sering sukar dipahami. Entah itu tentang alasannya, pilihannya, ataupun
keputusannya. Dalam satu hari, hati seseorang bisa menjadi sangat kuat,
tangguh, siap menghadapi masalah seberat apapun. Tapi, berganti hari, entah karena
bertemu seseorang ataupun masalah, hati seseorang tiba-tiba berubah, tak sekuat
dan setangguh biasanya, bahkan melupakan
caranya bahagia.
Selain memiliki
kisah yang berwarna-warni, hati juga menjadi sumber dan tempat terjadinya
beragam rasa. Rasa sayang, cinta, nyaman, bahagia, senang, rindu, lelah, sedih,
kecewa, takut, menyesal, ragu, cemburu, marah, sepi, dan rasa lainnya.
Masing-masing rasa itu memiliki kadarnya masing-masing, memiliki kekuatan
masing-masing, memiliki pengaruhnya masing-masing. Ada rasa yang dominan, ada
juga yang sebaliknya, mudah dikalahkan rasa yang lainnya.
Misalnya dalam
satu hari ini, pagi hari sebelum bertemu lebih banyak orang, baru bertemu ibu,
ayah, dan anggota keluarga kita, deretan rasa yang mungkin menghuni hati adalah
rasa nyaman, sayang, bahagia, dan semangat pagi. Lalu, setelah satu persatu
bertemu lebih banyak orang, mulai menjalani ataupun melanjutkan kisah bersama
mereka, muncul lagi ragam rasa lainnya. Masih ada rasa bahagia yang hadir di
hati, dengan semakin beragamnya rasa yang hadir. Sayangnya, rasa yang hadir tidak
hanya rasa yang membuat hati nyaman. Mungkin kita akan bertemu rasa ragu,
cemas, takut, marah, kecewa, menyesal, atau rasa lainnya. Di antara ragam rasa
itu, ada satu atau dua rasa yang mengalahkan semua rasa. Rasa yang paling
dominan di antara rasa lainnya. Entah kenapa. Bisa rasa bahagia. Bisa rasa
sedih dan kecewa. Bisa juga rasa ragu dan cemburu. Atau mungkin rasa rindu.
Bisa juga rasa marah. Satu ataupun dua rasa itu mempengaruhi suasana hati kita,
sepanjang hari. Bahkan sampai esok hari.
Kalau rasa yang
dominan itu baik, nyaman disimpan hati, maka hari yang akan berjalan nanti
dapat berjalan lebih indah dan mudah. Masalah yang datang menghampiri dapat
dihadapi dengan perasaan yang lebih ringan. Rasa yang baik itu justru
menguatkan hati dan diri untuk mengatasi satu persatu masalah yang hadir. Hari
ini, masih bisa menjadi hari yang indah.
Bagaimana, kalau
rasa yang dominan untuk hari ini adalah salah satu rasa yang kurang baik? Satu
rasa yang membuat hati kurang nyaman? Pasti hari ini menjadi kurang nyaman
untuk dilewati. Berbeda dari rasa yang baik, yang memberi kekuatan tersendiri
untuk hati dan diri. Rasa yang kurang baik seringkali melemahkan hati, menjadi
beban tersendiri untuk hati. Masalah kecil, tiba-tiba berubah menjadi besar.
Kenapa? Karena hari ini kita memang sedang tidak ingin bertemu masalah, sekecil
apapun itu. Mungkin, dari satu masalah yang biasanya hanya termasuk masalah
kecil, masalah sederhana, kita bisa uring-uringan tidak karuan. Sahabat, teman,
dan orang-orang di sekitar kita pun harus ikut merasakan akibatnya.
Setelah bertemu
waktu istirahat, setelah bertemu orang-orang yang kita sayang di rumah, barulah
kita menyadari kalau hari ini kita ternyata berubah menjadi seseorang yang tak
biasa. Seperti menjadi orang lain, hanya karena dikalahkan perasaan tidak
nyaman itu, bisa marah, cemburu, kecewa, atau rasa apapun yang kurang nyaman.
Setelah bertemu
waktu istirahat, setelah bertemu orang-orang yang kita sayang di rumah, barulah
kita menyadari kalau hari ini kita sudah melakukan kesalahan pada sahabat,
teman, atau siapa pun yang kita temui hari ini, yang harus menjadi saksi
sekaligus korban dari satu perasaan kita yang kurang nyaman. Lalu, mulailah
kita menyesal dan kecewa pada diri sendiri.
Setelah bertemu
waktu istirahat, setelah bertemu orang-orang yang kita sayang di rumah, barulah
kita menyadari kalau hari ini kita lebih sering melihat satu masalah dari sudut
pandang kita sendiri. Perasaan yang kurang baik, kurang nyaman, membuat kita
lebih sulit melihat dan memahami masalah dari berbagai sudut pandang. Jadi,
hari ini kita memang berubah mejadi seseorang yang egois.
Setelah bertemu
waktu istirahat, setelah bertemu orang-orang yang kita sayang di rumah, barulah
kita menyadari kalau hari ini kita mungkin lebih banyak mendengarkan apa kata
orang, daripada kata hati kita sendiri.
Begitulah,
warna-warni rasa yang menyapa hati dan merubah hari. Satu ataupun dua rasa yang
dominan, lebih kuat, mengalahkan banyak rasa lainnya. Kalau rasa yang dominan
itu rasa yang baik, rasa yang nyaman disimpan di hati, maka rasa itu akan memberikan
kekuatan tersendiri saat kita harus menghadapi masalah, seberat apapun itu. Hari
kita pun menjadi lebih indah. Namun, kalau rasa yang dominan itu rasa yang
kurang baik, maka hal sebaliknyalah yang kemungkinan besar terjadi.
Kita memang tidak
bisa menghindari bertemu hari, di mana rasa yang kurang baik, menjadi satu atau
dua rasa yang dominan. Ketika harus bertemu hari itu, saatnya kita belajar
untuk dewasa. Jangan terlalu lama menyesal dengan segala sesuatu yang terjadi
hari itu. Besok, masih ada waktu dan kesempatan untuk meminta maaf dan
memperbaiki semuanya kan? Ketika harus bertemu hari dan rasa seperti itu untuk
kesekian kalinya, haruskah kita selalu kalah dan menyerah pada rasa itu? Sudah
saatnya kita belajar untuk mengendalikan dan mengalahkan rasa itu. Walaupun memang
menjadi tantangan yang berat, tapi yang penting kita sudah mencoba untuk
menang, bukan mencoba untuk kalah. Tentang hasilnya? Setidaknya, kita sudah
pernah belajar. Setidaknya, kita tidak menyerah begitu saja.
\^o^/
No comments:
Post a Comment