credit pict: id.pinterest.com
Dalam perjalanan
hidup seseorang, sekali, dua kali, tiga kali, atau bahkan banyak kali akan sampai
pada titik ‘koma’. Titik untuk berhenti sejenak, bukan berhenti untuk
selamanya. Tapi entah untuk berapa lama... entah berhenti dari apa... dan entah
mengapa....
Bertemu tanda baca
koma (,) ketika membaca... memberikan waktu untuk menghela nafas, beristirahat
sejenak. Memberikan waktu untuk memahami apa yang kita baca. Lalu, bagaimana
ketika kita harus bertemu tanda koma dalam kisah hidup kita? Entah kapan
waktunya, entah berapa banyak waktu kita perlukan untuk beristirahat.
Dalam skenario
kehidupan kita masing-masing, tanda koma pun memberi kita kesempatan untuk
beristirahat, menepi sejenak dari hiruk pikuk dunia. Untuk apa? Untuk melarikan
diri dari masalah kah? Kekekeke... Dari sekian banyak alasan yang pernah ada,
mungkin melarikan diri memang menjadi alasannya. Melarikan diri... capek pasti,
waktu istirahat kita manfaatkan untuk berlari-lari ke sana ke mari.
Jadi... tanda koma
dalam perjalanan hidup suatu saat nanti memang harus kita lewati. Tanda koma
datang bukan tanpa alasan. Tanda koma memberi kita waktu untuk beristirahat,
waktu untuk belajar lebih banyak, waktu untuk mengenal diri kita jauh lebih
baik, waktu untuk memahami tujuan hidup kita, waktu untuk memilih apakah
bertahan dengan tujuan kita selama ini atau justru harus merubah tujuan ke arah
yang lain. Kenapa harus merubah tujuan? Untuk kebaikan.... T
Bukan hal yang
mudah ketika kita diharuskan untuk menyapa tanda “koma” dalam kehidupan. Tidak
sesederhana ketika kita bertemu tanda “koma” di buku bacaan. Kesabaran dan rasa
syukur menjadi kunci utamanya. Di posisi manapun kita berada sekarang, inilah
hidup yang harus kita jalani, inilah jalan hidup yang sudah kita pilih sendiri.
Rasa kecewa pasti
ada, dan boleh-boleh saja. Tidak ada yang melarang kita kecewa pada diri
sendiri ataupun pada keadaan. Yang penting, jangan terlalu lama. Namun, satu
hal yang penting... jangan pernah merasa kecewa pada Alloh SWT.... Bagaimanapun
keadaan yang harus kita jalani sekarang, itulah skenario terbaik yang sudah
dirancang Alloh SWT. Tinggal bagaimana pilihan kita untuk menjalani “skenario
langit” itu. Apakah memilih untuk menjalaninya dengan sebaik mungkin, atau
menjalaninya dengan hanya sekadarnya. Apapun keadaan kita sekarang, akan selalu
ada alasan untuk bahagia. Akan selalu ada cara untuk membahagiakan orang-orang
di sekitar kita, meskipun dengan cara-cara yang sangat sederhana.
Hidup hanya
sekali, berapapun lamanya waktu yang masih tersisa di dunia, jadilah yang
terbaik dan berikanlah yang terbaik. Untuk apa? Untuk mensyukuri kesempatan
hidup yang sudah Alloh SWT berikan pada kita. Untuk mensyukuri setiap detik
waktu yang kita miliki bersama orang-orang yang kita sayangi....
\^o^/
No comments:
Post a Comment