Wednesday, May 2, 2018

Daripada Membenci, Lebih Baik Belajar Memahami

 
Hati dihuni oleh warna-warni rasa. Mulai dari rasa yang indah sampai tak indah, rasa yang membuat nyaman sampai tak nyaman, rasa yang menghadirkan senyuman bahagia sampai air mata.

Salah satu rasa yang tak diharapkan menghuni hati adalah rasa benci. Mungkin, rasa benci itu tumbuh pada sesuatu, seseorang, ataupun keadaan. Membenci sesuatu (bisa berupa benda atau apapun itu, selain manusia) yang tidak ingin kita lihat ataupun dekati karena alasan ataupun kenangan tertentu. Membenci seseorang yang memiliki sifat ataupun melakukan sesuatu yang tidak kita sukai, dan seseorang pernah melakukan sesuatu yang menyakiti hati. Membenci keadaan yang ternyata jauh dari harapan. 

Membenci sesuatu, seseorang, ataupun keadaan pasti karena suatu alasan. Alasan yang terkadang hanya bisa dipahami si pemilik hati. Tapi, terkadang si pemilik hati pun masih berusaha memahami alasannya kenapa harus membenci. Ada yang membenci tanpa alasan? Mungkin bukan tanpa alasan, tapi dengan alasan yang belum ditemukan. 

Namun, ketika kita kembalikan pada warna-warni rasa yang menghuni hati, rasa benci termasuk rasa yang membuat hati tidak nyaman. Bukan hanya hati, bahkan kehidupan pun menjadi tidak nyaman. Ada yang pernah bilang, kalau waktu terlalu berharga jika hanya digunakan untuk membenci.

Lalu, bagaimana jika rasa benci itu terlanjur tumbuh, sementara luka pun sudah terlalu dalam? Menghapus satu perasaan jauh lebih sulit dari menumbuhkannya kan? Menghapus ataupun mengurangi kadar rasa benci memang bukan pekerjaan yang mudah. Tapi, selama kita mau memaafkan, insyaalloh rasa yang membuat hati dan kehidupan menjadi tidak nyaman itu, perlahan akan pergi dengan sendirinya.

Untuk memaafkan sesuatu, seseorang, ataupun keadaan, kita perlu belajar memahami. Apa yang harus dipahami?

Memahami ‘Sesuatu’

‘Sesuatu’ di sini yang penting bukan berwujud manusia yaaaa...! Sesuatu itu bisa berarti benda, kenangan, kegagalan, ataupun hal-hal yang belum kita pahami. Benda dan kenangan bisa saling menjalin hubungan sebab akibat. Kita menyayangi ataupun membenci sebuah benda, mungkin karena kenangan bersama benda itu. Benda yang membawa kenangan indah bersama orang-orang yang kita sayang membuatnya menjadi sangat berharga. Kita pun selalu berusaha menjaga benda itu dengan baik. Tapi, sebuah benda yang mmembawa kenangan yang tidak indah, pasti ingin kita hindari, kalau perlu dibuang jauh-jauh. 

Begitupun dengan kenangaan. Kenangan yang indah selalu kita simpan rapi di hati, sedangkan kenangan yang tidak ada indah-indahnya ingin segera kita lupakan. Tapi begitulah, kenangan tetaplah kenangan. Akan selalu ada, meskipun kita berusaha melupakan. Karena itu, daripada terus menerus membenci lebih baik memaafkan kan?

Sesuatu berikutnya adalah kegagalan. Setiap orang, pasti pernah mengalami kegagalan. Entah waktu masih kecil dulu, remaja, dan ketika beranjak dewasa. Kita memang akan bertemu dengan rasa sesal dan kecewa. Tapi, tidak perlu lama-lama. Tidak perlu juga menyalahkan keeadaan, orang-orang di sekitar kita, bahkan diri kita sendiri. Kegagalan bukanlah hal yang menyenangkan. Tapi, kita dapat belajar banyak hal darinya. Jadi, tidak perlu membenci kegagalan, tapi belajarlah menjadi lebih baik darinya. Saatnya berjuang kembali.... \^o^/

Selain kenangan yang tak indah dan kegagalan, kita sering membenci hal-hal ataupun sesuatu karena kita belum memahaminya. Dan ini sangat sering terjadi. Termasuk pada yang baru nulis di siniiih.... Kekekekeke.... Sesuatu yang baru, unik, out of the box, atau aneh memang membutuhkan waktu yang yang lebih lama untuk dipahami. Ketika kita masih mencoba memahaminya, tapi di tengah jalan harus bertemu pemahaman yang salah ataupun gagal paham, kadang kita memilih jalan termudah, melupakan. Sampai suatu saat hal tersebut datang lagi, mungkin kita tidak akan menyukainya, bahkan memilih membencinya. Karena ituuuuuuuu... memahami sesuatu tidak hanya membutuhkan waktu yang singkat. Kadang perlu proses yang sangat panjang. Perlu kesabaran dan jatuh bangun berulang kali. 

Memahami Seseorang

Seseorang yang datang dan pergi dalam kehidupan kita pasti karena suatu alasan. Sebuah perpisahan ataupun keputusannya untuk pergi memang akan meninggalkan luka di hati. Dengan tingkat kedalaman luka yang berbeda-beda.... Memahami alasan kepergiannya akan membuat kita lebih mudah memaafkan keputusannya untuk pergi. Kalau alasan kepergiannya untuk kebaikan bersama, pasti pintu maaf terbuka lebar-lebar. Tapi, bagaimana kalau alasannya pergi tidak baik dan hanya untuk kebaikan dirinya sendiri? Berterima kasihlah, karena kita masih diberi kesempatan untuk menemukan orang baru yang jauh lebih baik dari dia yang sebelumnya. Tetap berusahalah untuk memaafkan. Karena meskipun itu berat, hidup akan menjadi lebih indah dengan memaafkan. Biarkanlah dia pergi dan bahagia dengan keputusannya, karena kita pun berhak dan berkewajiban untuk bahagia.

Tentang seseorang yang memiliki sifat ataupun melakukan suatu perbuatan yang menyakiti hati. Setiap orang memiliki sifat dan karakter masing-masing. Kita tidak bisa mengatur agar semua orang yang kita kenal memiliki sifat dan melakukan perbuatan yang selalu menyenangkan hati kita. Kita tidak berhak atas kehidupan mereka kan? Lagi-lagi, kita harus belajar memahami alasan mengapa mereka menunjukkan sifat itu dan melakukan perbuatan itu. Apakah benar-benar disengaja, tanpa sengaja, atau justru kitalah yang ‘baperan’? Siapa tahu, mereka tidak sengaja atau hanya ingin bercanda (tapi, menurut kita bercandanya tidak asyik). Siapa tahu juga, karena mereka sedang mengalami masalah yang sangat berat. 

Tapi, ketika seeseorang itu memang sengaja menyakiti kita... tetap berusahalah untuk memaafkan mereka, sesulit apapun itu. Berusaha berarti berproses, menuju tahap memaafkan. Setidaknya, kita sudah berniat dan berusaha untuk memaafkan. Satu lagi, memaafkan mereka yang dengan sengaja ingin menyakiti kita, bukan berarti membiarkan mereka mengulangi perbuatan mereka sesuka hati. Memaafkan mereka berarti menjaga hati dari rasa benci, tetap menjaga diri agar tidak lagi terluka oleh orang yang sama dan karena alasan yang sama. 

Memahami Keadaan

Selain seseorang, kita pun sering membenci keadaan. Entah keadaan yang sulit, atau keadaan yang jauh dari harapan. Dan sayangnya, membenci keadaan tidak akan membuat keadaan menjadi jauh lebih baik. Lalu, apakah kita harus ‘jatuh cinta’ pada keadaan itu? Bukan ‘jatuh cinta’, lebih tepatnya menerima. Menerima keadaan yang harus kita hadapi sekarang, berarti kita sudah memahami dan memaafkan keadaan yang jauh dari harapan itu. Memahami alasan-alasan yang membuat keadaan menjadi tidak baik. Setelah itu, saatnya mengubah keadaan menjadi lebih baik. Karena menerima bukan berarti betah pada keadaan yang tidak baik itu. Tapi, menerima adalah cara kita untuk memahami dan memaafkan sebuah keadaan.

Jadi, rasa benci bukanlah rasa yang perlu disimpan terlalu lama di hati. Membenci bukanlah kegiatan yang ramah untuk hati. Karena itu, daripada membenci lebih baik belajar memahami. Entah memahami sesuatu, seseorang, ataupun keadaan. Karena semua hal terjadi karena sebuah alasan. Baik alasan yang dapat dipahami dengan mudah,maupun  alasan yang membutuhkan banyak perjuangan untuk memhaminya.

\^o^/

No comments:

Post a Comment