credit pict: http://www.picturequotes.com
Hati dihuni oleh warna-warni
rasa. Mulai dari rasa yang indah sampai tak indah, rasa yang membuat nyaman
sampai tak nyaman, rasa yang menghadirkan senyuman bahagia sampai air mata.
Salah satu rasa
yang tak diharapkan menghuni hati adalah rasa benci. Mungkin, rasa benci itu
tumbuh pada sesuatu, seseorang, ataupun keadaan. Membenci sesuatu (bisa berupa
benda atau apapun itu, selain manusia) yang tidak ingin kita lihat ataupun
dekati karena alasan ataupun kenangan tertentu. Membenci seseorang yang
memiliki sifat ataupun melakukan sesuatu yang tidak kita sukai, dan seseorang
pernah melakukan sesuatu yang menyakiti hati. Membenci keadaan yang ternyata
jauh dari harapan.
Membenci sesuatu,
seseorang, ataupun keadaan pasti karena suatu alasan. Alasan yang terkadang
hanya bisa dipahami si pemilik hati. Tapi, terkadang si pemilik hati pun masih
berusaha memahami alasannya kenapa harus membenci. Ada yang membenci tanpa
alasan? Mungkin bukan tanpa alasan, tapi dengan alasan yang belum ditemukan.
Namun, ketika kita
kembalikan pada warna-warni rasa yang menghuni hati, rasa benci termasuk rasa
yang membuat hati tidak nyaman. Bukan hanya hati, bahkan kehidupan pun menjadi
tidak nyaman. Ada yang pernah bilang, kalau waktu terlalu berharga jika hanya
digunakan untuk membenci.
Lalu, bagaimana
jika rasa benci itu terlanjur tumbuh, sementara luka pun sudah terlalu dalam? Menghapus
satu perasaan jauh lebih sulit dari menumbuhkannya kan? Menghapus ataupun
mengurangi kadar rasa benci memang bukan pekerjaan yang mudah. Tapi, selama
kita mau memaafkan, insyaalloh rasa yang membuat hati dan kehidupan menjadi
tidak nyaman itu, perlahan akan pergi dengan sendirinya.
Untuk memaafkan
sesuatu, seseorang, ataupun keadaan, kita perlu belajar memahami. Apa yang
harus dipahami?
Memahami ‘Sesuatu’
‘Sesuatu’ di sini
yang penting bukan berwujud manusia yaaaa...! Sesuatu itu bisa berarti benda,
kenangan, kegagalan, ataupun hal-hal yang belum kita pahami. Benda dan kenangan
bisa saling menjalin hubungan sebab akibat. Kita menyayangi ataupun membenci
sebuah benda, mungkin karena kenangan bersama benda itu. Benda yang membawa kenangan
indah bersama orang-orang yang kita sayang membuatnya menjadi sangat berharga.
Kita pun selalu berusaha menjaga benda itu dengan baik. Tapi, sebuah benda yang
mmembawa kenangan yang tidak indah, pasti ingin kita hindari, kalau perlu dibuang
jauh-jauh.
Begitupun dengan
kenangaan. Kenangan yang indah selalu kita simpan rapi di hati, sedangkan kenangan
yang tidak ada indah-indahnya ingin segera kita lupakan. Tapi begitulah,
kenangan tetaplah kenangan. Akan selalu ada, meskipun kita berusaha melupakan.
Karena itu, daripada terus menerus membenci lebih baik memaafkan kan?
Sesuatu berikutnya
adalah kegagalan. Setiap orang, pasti pernah mengalami kegagalan. Entah waktu
masih kecil dulu, remaja, dan ketika beranjak dewasa. Kita memang akan bertemu
dengan rasa sesal dan kecewa. Tapi, tidak perlu lama-lama. Tidak perlu juga
menyalahkan keeadaan, orang-orang di sekitar kita, bahkan diri kita sendiri. Kegagalan
bukanlah hal yang menyenangkan. Tapi, kita dapat belajar banyak hal darinya. Jadi,
tidak perlu membenci kegagalan, tapi belajarlah menjadi lebih baik darinya. Saatnya
berjuang kembali.... \^o^/
Selain kenangan
yang tak indah dan kegagalan, kita sering membenci hal-hal ataupun sesuatu
karena kita belum memahaminya. Dan ini sangat sering terjadi. Termasuk pada
yang baru nulis di siniiih.... Kekekekeke.... Sesuatu yang baru, unik, out of the box, atau aneh memang
membutuhkan waktu yang yang lebih lama untuk dipahami. Ketika kita masih
mencoba memahaminya, tapi di tengah jalan harus bertemu pemahaman yang salah
ataupun gagal paham, kadang kita memilih jalan termudah, melupakan. Sampai
suatu saat hal tersebut datang lagi, mungkin kita tidak akan menyukainya,
bahkan memilih membencinya. Karena ituuuuuuuu... memahami sesuatu tidak hanya membutuhkan
waktu yang singkat. Kadang perlu proses yang sangat panjang. Perlu kesabaran
dan jatuh bangun berulang kali.
Memahami Seseorang
Seseorang yang
datang dan pergi dalam kehidupan kita pasti karena suatu alasan. Sebuah
perpisahan ataupun keputusannya untuk pergi memang akan meninggalkan luka di
hati. Dengan tingkat kedalaman luka yang berbeda-beda.... Memahami alasan
kepergiannya akan membuat kita lebih mudah memaafkan keputusannya untuk pergi. Kalau
alasan kepergiannya untuk kebaikan bersama, pasti pintu maaf terbuka
lebar-lebar. Tapi, bagaimana kalau alasannya pergi tidak baik dan hanya untuk
kebaikan dirinya sendiri? Berterima kasihlah, karena kita masih diberi
kesempatan untuk menemukan orang baru yang jauh lebih baik dari dia yang
sebelumnya. Tetap berusahalah untuk memaafkan. Karena meskipun itu berat, hidup
akan menjadi lebih indah dengan memaafkan. Biarkanlah dia pergi dan bahagia
dengan keputusannya, karena kita pun berhak dan berkewajiban untuk bahagia.
Tentang seseorang
yang memiliki sifat ataupun melakukan suatu perbuatan yang menyakiti hati.
Setiap orang memiliki sifat dan karakter masing-masing. Kita tidak bisa
mengatur agar semua orang yang kita kenal memiliki sifat dan melakukan
perbuatan yang selalu menyenangkan hati kita. Kita tidak berhak atas kehidupan
mereka kan? Lagi-lagi, kita harus belajar memahami alasan mengapa mereka menunjukkan
sifat itu dan melakukan perbuatan itu. Apakah benar-benar disengaja, tanpa
sengaja, atau justru kitalah yang ‘baperan’? Siapa tahu, mereka tidak sengaja
atau hanya ingin bercanda (tapi, menurut kita bercandanya tidak asyik). Siapa
tahu juga, karena mereka sedang mengalami masalah yang sangat berat.
Tapi, ketika
seeseorang itu memang sengaja menyakiti kita... tetap berusahalah untuk
memaafkan mereka, sesulit apapun itu. Berusaha berarti berproses, menuju tahap
memaafkan. Setidaknya, kita sudah berniat dan berusaha untuk memaafkan. Satu
lagi, memaafkan mereka yang dengan sengaja ingin menyakiti kita, bukan berarti
membiarkan mereka mengulangi perbuatan mereka sesuka hati. Memaafkan mereka
berarti menjaga hati dari rasa benci, tetap menjaga diri agar tidak lagi
terluka oleh orang yang sama dan karena alasan yang sama.
Memahami Keadaan
Selain seseorang,
kita pun sering membenci keadaan. Entah keadaan yang sulit, atau keadaan yang
jauh dari harapan. Dan sayangnya, membenci keadaan tidak akan membuat keadaan
menjadi jauh lebih baik. Lalu, apakah kita harus ‘jatuh cinta’ pada keadaan
itu? Bukan ‘jatuh cinta’, lebih tepatnya menerima. Menerima keadaan yang harus
kita hadapi sekarang, berarti kita sudah memahami dan memaafkan keadaan yang
jauh dari harapan itu. Memahami alasan-alasan yang membuat keadaan menjadi
tidak baik. Setelah itu, saatnya mengubah keadaan menjadi lebih baik. Karena
menerima bukan berarti betah pada keadaan yang tidak baik itu. Tapi, menerima
adalah cara kita untuk memahami dan memaafkan sebuah keadaan.
Jadi, rasa benci
bukanlah rasa yang perlu disimpan terlalu lama di hati. Membenci bukanlah kegiatan
yang ramah untuk hati. Karena itu, daripada membenci lebih baik belajar
memahami. Entah memahami sesuatu, seseorang, ataupun keadaan. Karena semua hal
terjadi karena sebuah alasan. Baik alasan yang dapat dipahami dengan
mudah,maupun alasan yang membutuhkan
banyak perjuangan untuk memhaminya.
\^o^/
No comments:
Post a Comment