Friday, May 11, 2018

Tentang Kenangan Bersamanya


Hari ini... masih melanjutkan dua postingan sebelumnya (Perpisahan: Pilihan Meninggalkan atau Ditinggalkan dan Perpisahan Bukanlah Alasan dari Sebuah Pertemuan....) Masih betah baper ceritanya.... Kekekekeke....

Jadi... apa? 

Salah satu hal yang membuat perpisahan menjadi semakin berat adalah ‘kenangan’. Sebelum perpisahan itu datang, kenangan itulah yang menjadi salah satu alasan untuk bahagia, alasan untuk bertahan menunggunya. Tapi setelah perpisahan itu datang, kenangan yang awalnya membawa bahagia, mulai berubah menjadi luka. Luka yang membawa air mata. 

Seistimewa apapun kenangan bersamanya, kenangan tetaplah kenangan. Kisah bersamanya telah usai, tak bisa lagi terulang.... (T_T)

Seindah apapun kenangan bersamanya, sedalam apapun rasa yang tumbuh di dalamnya, tidak baik kalau terus menggenggam kenangan itu erat-erat. Tidak perlu pula menyesali pertemuan dan perkenalan dengannya. 

Bersyukurlah karena pernah bertemu dan mengenal satu dari sekian banyak orang baik yang berpijak di atas bumi ini (lebay sedikit boleh lah yaaak....\^o^/).  Bersyukurlah karena pernah memiliki kenangan indah bersamanya. 

Lalu... masih haruskah bersahabat baik dengan kenangan indah bersamanya setelah perpisahan itu tiba? Dia sudah memilih pergi....

Sudah saatnya berhenti mengistimewakan kenangan indah beramanya. Sudah saatnya membuat kenangan baru bersama orang-orang yang kita sayang, bersama orang baru yang akan kita temui dan kenal nanti. 

Berat pasti kan? Berhenti mengistimewakannya bersama kenangan tentangnya, bukan hal yang mudah. Bukan hal yang bisa dilakukan dalam waktu singkat. Butuh proses yang cukup panjang. Karena itu, bersahabatlah dengan waktu. Karena waktulah yang akan membantu kita berhenti mengistimewakan kenangan bersamanya. Waktulah yang akan membantu kita menyembuhkan luka karena keputusannya untuk pergi. 

Namun, tidak cukup hanya mengandalkan waktu. Waktu hanya akan berlalu begitu saja tanpa mengubah apapun, ketika hati masih enggan berhenti mengistimewakan kenangan tentang dia. Hatilah yang memiliki kewajiban utama untuk menyembuhkan lukanya sendiri. 

Bagaimana kalau hati masih belum sepenuhnya merelakan semua kenangan tentangnya? Mungkin, hati masih butuh waktu untuk menerima dan memahami perpisahan yang telah terjadi. Begitulah, hati bukanlah mesin yang bisa diatur dengan mudah. Tapi... jangan terlalu lama bertahan bersama kenangan yang justru membuat kita melupakan caranya bahagia. Apakah perlu ‘memaksa’ hati? Kalau untuk kebaikan, memang ‘harus’. Bukan 'kejam', tapi justru 'sayang' pada hati. Sudah saatnya belajar membuat move on menjadi realita, bukan hanya wacana.  Heheh.... Sabar ya hati....!

Tentang kenangan bersamanya... ketika kenangan itu menguatkan hati dan menjadi alasan bahagia, jagalah kenangan itu baik-baik. Namun, ketika kenangan itu justru melemahkan hati dan membuat kita melupakan caranya bahagia, berhentilah mengistimewakan kenangan itu. 

\^o^/

No comments:

Post a Comment