Friday, May 25, 2018

Menyapa Lelah

credit pict: holly.co

Halo... hola.. hai... \^o^/

Apa kabar hati? Lelahkah kamu hari ini? Apakah lelahmu hari ini sanggup mengubah arah mimpimu? Apakah lelahmu hari ini membuatmu bertanya tentang baik atau burukkah mimpi yang selama ini kamu perjuangkan? Apakah lelahmu hari ini membuatmu ragu untuk memperjuangkan mimpimu sampai akhir? 

Ketika harus menyapa lelah, berapa kali sudah kita berpikir untuk menyerah... lalu kalah? Berulang-ulang kali, beberapa kali, atau justru belum pernah sama sekali? (Note: masih dalam tahap ‘berpikir’ belum sampai memutuskan untuk menyerah...)

Kenapa pilihan untuk ‘menyerah’ itu tiba-tiba hadir tanpa undangan, juga tanpa permisi? Karena terkadang, lelah yang teramat sangat, lelah yang berkepanjangan, lelah yang belum juga menemukan hasil yang indah, membawa hati pada keraguan. Keraguan tentang banyak hal, yang mungkin belum pernah terpikirkan sebelumnya. 

Begitulah, manusia memang tempatnya ragu. Mulai dari hal yang kecil sampai besar, dari hal sederhana sampai luar biasa. Ragu bisa tiba-tiba datang dan mengubah satu, dua, tiga, empat, bahkan banyak hal. Entah itu pilihan ataupun sebuah keputusan.

Tapi... selain menjadi tempat ragu, manusia juga menjadi tempat sabar. Sabar dalam banyak hal. Sabar yang ‘seharusnya’ tidak ada batasnya. Sabar yang membuat kita menjadi lebih kuat dari sebelumnya. Ketika ragu datang bersama lelah, kita membutuhkan kesabaran untuk bertahan. 

Kesabaran untuk bertahan dari rasa ragu yang mungkin akan semakin bertambah setiap harinya. Rasa ragu yang membuat kita mempertanyakan tentang ‘haruskah kita memperjuangkan mimpi-mimpi kita sampai akhir, sementara pilihan untuk mundur dan menyerah terlihat jauh lebih baik?’ Atau pertanyaan tentang ‘sanggupkah kita berjuang sampai akhir?’ Rasa ragu yang membuat semangat untuk berjuang berkurang, entah banyak ataupun sedikit. Lalu... mengantarkan kita pada pertanyaan ‘apakah perjuangan yang selama kita tempuh hanya akan berakhir sia-sia?’

Huaaah... begitulah, manusia menjadi tempatnya lelah, tempatnya ragu, sekaligus tempatnya sabar. Jadi, sebesar apapun lelah dan ragu yang datang, selama apapun ragu harus menghuni hati... harus selalu ada sabar yang menemani perjalanan kita. Ya kan...? (Diiyain aja ya... biar cepet... kekekekeke..... \^o^/)

Dari tadi cerita tentang menyapa lelah yang mungkin belum ada indah-indanya ya.... Lalu, adakah lelah yang indah? 

Menyapa lelah yang indah.... Kapankah lelah yang indah itu datang? Saat kita menemukan dan menciptakan bahagia di dalamnya, entah cara seperti apa yang akan kita pilih. Yang penting, bukan dengan cara menyakiti orang lain ataupun merebut kebahagiaan orang lain. Jadi, lelah yang indah bukan tentang hasil yang harus selalu ‘indah’, tapi tentang menikmati proses jatuh bangun memperjuangkan apa yang seharusnya kita perjuangkan sampai akhir. Dan selalu butuh kesabaran dalam lelah yang indah ini. Tanpa kesabaran, lelah yang indah mungkin hanya akan menjadi wacana. 

Lalu, adakah ragu yang datang bersama lelah yang indah itu? Ada saatnya rasa ragu juga akan datang. Tapi... entah bagaimana caranya, ragu itu akan pergi dengan sendirinya. 

Jadi... ketika kita harus berulang kali menyapa lelah, baik yang indah maupun tak indah, saatnya bersahabat baik dengan rasa sabar. Tidak perlu terlalu cepat menyerah ataupun berhenti di tengah jalan. Tapi, hanya perlu beristirahat secukupnya... Masih ada hari esok dan seterusnya untuk kembali berjuang dengan lebih baik lagi.

\^o^/

1 comment: