Monday, November 23, 2020

Tentang Pilihan

 


Kehidupan di bumi adalah sebuah perjalanan singkat. Selama apapun kita singgah, perjalanan kita sangatlah singkat. Dalam sesingkat-singkatnya perjalanan itu, kita akan dihadapkan pada banyak pilihan. Pilihan yang sama beratnya, sama pentingnya, sama berharganya kalau sampai dilewatkan begitu saja.

Semua pilihan itu pada akhirnya bermuara pada dua hal, pilihan yang benar atau pilihan yang salah.

Bagaimana kita bisa memilih pilihan yang benar? Kita tak harus membuat pilihan yang selalu benar. Tapi, kita masih bisa membuat pilihan yang membawa kebaikan. Untuk membuat pilihan yang membawa kebaikan, salah satu kuncinya, ikuti apa kata hati. Kata hati akan menuntun kita pada pilihan terbaik. Kata hati berbeda jauh dari sekadar ingin atau ambisi loh, ya! Kata hati itu apa? Apa, ya? Bingung ceritanya. Tapi, kalau dicontohin gini....

Pada suatu hari yang indah nan cerah, secerah hati Lolli (ceritanya namanya Lolli) yang baru saja menerima chat dari seseorang yang selama ini menghuni hatinya. Tapi, Lolli harus meredam rasanya karena ternyata, Poppi, sahabatnya juga memiliki rasa yang sama. Lolli dan Poppi sama-sama mengetahui perasaan masing-masing. Keduanya, memilih mundur teratur karena tidak mau saling melukai.

Detik itu, Lolli mendapat sinyal kalau ternyata seseorang itu juga memiliki perasaan yang sama dengannya. Seseorang itu ingin mengenal Lolli lebih jauh. Lolli bahagia sekali. Tapi di sisi lain, Lolli merasa bersalah kalau harus melanjutkan perkenalan lebih jauh dengan seseorang itu. Karena Lolli tak bisa membohongi dirinya sendiri kalau perasaan itu masih ada, masih utuh, belum berkurang sepersen pun. Bahkan, naik beberapa persen hanya gara-gara chat darinya.

Lolli dihadapkan pada dua pilihan perasaan sahabatnya atau perasaannya untuk seseorang itu. Kalau Lolli memilih mempertahankan perasaannya untuk seseorang itu, ada rasa bersalah pada sahabatnya, ada rasa sedih karena mengecewakan sahabatnya. Setelah bertanya pada hatinya, akhirnya Lolli memilih melanjutkan perkenalannya dengan seseorang itu, tapi sekadar sebagai teman. Lolli menjawab apa yang dibutuhkan, apa yang perlu dijawab, dan menolak memberikan jawaban sekiranya nantinya akan membuat perasaan sahabatnya terluka. Setelah masalah bersampul “tugas kuliah” selesai, chat keduanya pun berakhir. Dan sudah selesai, mereka menjadi teman seperti sebelumnya.

Lolli pun mengikuti apa kata hatinya untuk menjaga persahabatannya dengan Poppi. Kata hati itu yang mananya? Ketika Lolli dihadapkan pada dua pilihan, ada rasa bersalah, rasa sedih yang bergelayut di hatinya kalau sampai Lolli melukai perasaan sahabatnya. Mungkin, itulah salah satu bentuk kata hati yang menuntun seseorang pada jawaban yang insyaallah membawa kebaikan. Terlepas nanti, akan menjadi pilihan yang benar atau salah. Karena benar menurut seseorang belum tentu benar menurut orang lain, kan?

Lalu, bagaimana kalau kita sudah membuat satu, dua, tiga, atau banyak pilihan yang nyata-nyata salah? Tak apa, namanya juga manusia. Hehehe.... Yang perlu kita lakukan pertama, maafkanlah diri kita sendiri. Lalu pelan-pelan, benahilah semua. Kalaupun harus memulai dari awal, tak masalah. Selama kita masih memiliki waktu di bumi, kita masih memiliki kesempatan untuk berubah dan mengubah semuanya menjadi lebih baik.

Kalau keadaan sudah tidak bisa lagi diperbaiki bagaimana? Setidaknya, kita sudah bertanggung jawab, kan? Kalaupun keadaan benar-benar terlihat rumit, jangan dulu menyerah. Jangan lelah untuk berbenah. Seburuk-buruknya keadaan itu, memang harus kita lewati. Dan kita pasti bisa melewatinya. Tenang, ada Allah SWT yang akan selalu menjaga kita.

\^O^/

Related Post:

Tentang Hati: Pilihannya Memang Tak Bisa Dipaksakan

Tentang Hati: Pilihan untuk Pergi atau Tetap Tinggal 

Perpisahan: Pilihan Meninggalkan atau Ditinggalkan



Monday, September 28, 2020

Rindu Terindah

 


Rindu, nggak pernah bosan cerita tentang rindu. Karena cerita tentang rindu tak akan pernah ada habisnya. Kali ini rindu pada siapa? Kenapa judulnya “Rindu Terindah”? Apakah karena rindu kali ini berbalas indah?

Obat rasa rindu, rasa kangen adalah sebuah pertemuan. Entah itu pertemuan langsung, via chat, videocall, atau via-via lainnya. Tapi, bagaimana kalau pertemuan di dunia ini tidak akan pernah terjadi lagi? Bahkan, pertemuan dengan via-via secanggih, semodern, semahal apapun, tidak lagi sanggu mempertemukan. Bagaimana rindu bisa terobati?

Tenang, masih ada satu cara. Cara ini, justru akan menjadi via paling indah. Jadi, via apa? Via DOA.

Tak perlu menangis terlalu lama kalau kita rindu ingin bertemu. Tak perlu menyesali ini dan itu atau berandai-andai kalau saja waktu itu... bla bla bla. Air mata, penyesalan yang dirasakan sendirian tak akan pernah menemukan ujungnya.

Ketika kita merindukan seseorang yang sudah pulang, sudah tak lagi singgah di bumi, sampaikan seluruh rindu melalui doa. Temui Allah SWT dengan sopan, sapa Allah SWT dengan hangat, lalu sampaikan seluruh rindu yang selama ini kita simpan sendiri. Karena seperti kata Dillan, rindu itu berat. Kita tak akan kuat menyimpannya sendiri. Sampaikanlah rindu kita pada Zat yang Maha Kuat. Insyaallah, Allah SWT akan menyampaikan rindu kita pada seseorang itu, dengan cara yang terbaik.

Tapi, kita tetap saja tak bisa bertemu lagi.

Rindu memang tak harus bertemu. Doa adalah cara terbaik untuk mengungkapkannya. Doa adalah cara terindah untuk menyapanya. Setidaknya, selama kita masih singgah di bumi. Kelak, kita akan dipertemukan kembali dengan seseorang itu. Karena itu, teruslah berdoa agar kelak, kita akan dipertemukan dengan dia di tempat dan keadaan yang terbaik. Ingat, kita masih ada di bumi Allah. Tugas kita masih banyak. Tugas untuk mengindahkan cerita hidup kita.

Tapi, sudah tak ada dia lagi. Tak ada lagi yang harus dibahagiakan di dunia.

Siapa bilang, kepergiannya menjadi akhir dari ceritamu di dunia. Selama kamu masih bernafas, ceritamu masih terus berjalan. Siapa juga yang bilang kalau kepergian seseorang itu membuat ceritamu bersamanya terhenti sampai di sini. Kamu masih bisa membuat ceritamu bersamanya menjadi jauh lebih indah dengan doa. Doa-doamulah yang akan menemani perjalannya di sana.

Tapi, aku tak yakin sanggup hidup tanpa dia.

Kalau kamu tak yakin, kenapa kamu masih bisa bernafas sampai sekarang? Masih bisa mengingat kenangan tentang dia? Masih bisa menangis karena masih merasa menyesal karena belum bisa memberikan yang terbaik untuknya? Kamu masih HIDUP! Kamu masih sanggup HIDUP! Ada Allah SWT yang akan selalu menjagamu. Ada kenangan-kenangan tentang dia yang akan menemani langkah-langkahmu nanti.

Tapi, kalau kenangan tentangnya justru semakin membuatku sulit untuk melupakan dia?

Siapa yang meminta untuk melupakan? Bukan melupakan, tapi membiasakan tanpa dia di sampingmu, tanpa suaranya, tanpa omelannya, tanpa canda tawanya, tanpa perhatiannya, tanpa semuanya tentangnya. Berat memang. Tapi, kamu harus belajar terbiasa tanpa dia, bukan belajar melupakan. Kenangan tentangnya bukan untuk menyiksamu, tapi justru untuk mengobati rindumu. Kamu tahu, dia di sana juga pasti akan sedih kalau kamu sampai melupakannya, atau bahkan berhenti mendoakannya. Dengan kenangan-kenangan itu, rasa sayangmu akan terus terjaga. Dengan doa-doamu, dia akan bahagia karenamu di sana.

Tapi,....

Tak perlu terlalu banyak tapi. Kamu boleh menangis, tapi menangislah dalam doa. Karena yang dia butuhkan bukan air mata, tapi doa kita.

Rindu untuk seseorang yang sudah pulang ke rumah Allah SWT memang berat sekali. Tapi, peluangnya untuk menjadi rindu terindah sangat-sangat besar. Jadi, jangan sia-siakan peluang itu.



Kenapa peluangnya sangat besar?   

Kamu lupa kita menitipkan rindu pada siapa? Kita menitipkan rindu pada Allah SWT. Rindu kita pasti akan tersampaikan. Bagaimana jawaban rindu kita? Kelak, kita akan menemukan jawaban terindah dari rindu yang selama ini kita simpan. Yang penting, jangan pernah berhenti berdoa untuk kebaikan dan kebahagiannya di sana. Jangan pernah melupakannya, karena dia pun tak akan pernah melupakan kita.

Hiduplah bahagia di bumi Allah SWT dan bahagiakanlah dia dengan doa-doamu.

\^O^/


Related Post

Tentang Waktu dan Rasa Kehilangan

Tentang Waktu yang Takkan Pernah Terulang

Cause Saying Goodbye isn't Simple


Friday, September 25, 2020

Let's Read, Let's Open Your New World!

 


Buku bahasa inggrisnya book. Kalau buku biru bahasa inggrisnya blue book. Buku biru diulang-ulang terus tanpa jeda dalam bahasa inggris coba, blue book, blue book, blue book, blue book, blue book, blue book.... Dan akhirnya sampai pada suara blubuk-blubuk, seperti suara kecemplung di air. Bercanda sedikit boleh ya? Pasti boleh!

Topik kali ini memang tentang buku. Kalau tentang buku, artinya tentang dunia membaca. Dunia membaca miliknya siapapun yang sudah, sedang, dan akan mencintai budaya membaca. Apa yang bisa dibaca? Buku dari beragam genre dan sumber literasi dengan berbagai medianya. Karena sekarang, media literasi tidak terbatas pada media cetak. Media literasi berbasis digital sudah melimpah ruah.

Sebelumnya, coba dihitung, sudah berapa banyak buku yang pernah kita baca sampai halaman terakhir? Kalau novel atau buku cerita, sampai the end. Setelah itu, kira-kira berapa lama waktu yang kita perlukan untuk membaca satu judul buku? Judul buku apa yang paling berkesan di hati sampai sekarang?

Jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan di atas pasti beraneka rupa dan warnanya. Oke, fokus ke pertanyaan ketiga ya! Judul buku apa yang paling berkesan di hati sampai sekarang?

Mungkin sudah ada banyak novel, buku cerita, buku pelajaran, dan buku-buku referensi yang terjaga rapi di rak perpustakaan yang pernah mengisi hari-hari kita. Kalau saya, ada satu buku yang paling berkesan sampai sekarang. Buku pertama yang dibelikan ibu. Judulnya apa? Sudah lupa. Katanya berkesan, kenapa sampai lupa judulnya? Lupa edisi kali ini bisa dimaafkan, karena dulu kan masih belum masuk TK. Jadi, belum bisa membaca huruf, kata, apalagi kalimat.

Terus apa yang dibaca? Yang dibaca gambar cerita. Memang ada beberapa baris kalimat di bawahnya. Tapi waktu kecil dulu, kalimatnya nomor ke sekian. Gambarnya nomor satu. Hanya dari gambarnya yang sederhana, sudah berhasil membuat pembaca cilik ini tahu isi ceritanya, lalu mengomentari ceritanya. Komentarnya seperti ini, “Mesakke banget adike ya, Buk.” Artinya, “Kasihan sekali adiknya ya, Bu.” Kenapa anak kecil di ceritanya kasihan?

Jadi, ceritanya tentang anak laki-laki kecil yang mandi di sungai. Bajunya dilepas, lalu diletakkan di atas “sesuatu” yang terlihat seperti dahan atau ranting pohon. Karena terlalu asyik mandi di sungai, si anak kecil tidak menyadari kalau “sesuatu” tadi bisa bergerak. Bahkan, bisa berjalan dan tanpa sengaja membawa baju si anak kecil. Ternyata, “sesuatu” itu bukan dahan atau ranting pohon, tetapi seekor rusa yang yang juga sedang beristirahat di sungai. Lalu, apa yang terjadi pada si anak kecil tadi? Mengetahui bajunya hilang, si anak kecil hanya bisa menangis terisak. Lalu, pulang tanpa memakai baju. Hanya celananya yang masih dipakainya waktu mandi tadi.

Bukan hanya ceritanya yang sangat sederhana. Gambarnya pun masih monokrom, belum warna-warni seperti sekarang. Tapi karena cerita dan gambar yang sederhana itu, ibu dan ayah saya tersenyum bahagia. Kenapa? Karena anaknya yang belum TK, belum mengenal abjad bisa membaca gambar. Bisa menangis juga karena larut dalam kisahnya. Pengalaman membaca buku pertama akan selalu menjadi kenangan manis.  

Karena anaknya yang belum bisa membaca ini berulang kali membaca gambar yang sama di buku yang sama, akhirnya ibu membelikan beberapa buku cerita baru. Masih dengan gambar monokrom. Tapi, ceritanya berbeda. Ceritanya tentang kehidupan sehari-hari di rumah. Dan tetap, cerita pada buku pertama belum ada yang menandingi.

Cerita di buku pertama, bukan hanya sekadar cerita. Tapi, dari sanalah anak kecil yang dulu hobinya cuma nangis ini penasaran, ingin tahu, dan mulai menduga-duga apa yang terjadi selanjutnya pada anak kecil yang kehilangan bajunya. Apakah anak itu bisa sampai ke rumahnya? Bagaimana di perjalanan sebelum sampai ke rumahnya? Apakah ada orang baik yang akan meminjaminya baju? Atau malah ada yang mengejeknya? Setelah sampai rumah, apa dia akan dimarahi ibunya?

Berjalannya waktu, semakin suka pada buku cerita, majalah anak, sampai buku pelajaran Bahasa Indonesia di SD yang ada bacaannya. Karena hobinya menebak apa yang akan terjadi tentang setelahnya, mulailah suka membuat cerita sendiri. Cerita yang bisa memuaskan rasa penasaran dan ingin tahu diri sendiri. Kalau ceritanya yang membuat kita sendiri, pasti kitalah orang pertama yang tahu bagaimana endingnya, atau mungkin akan ada kisah setelahnya kan?

Sampai sekarang pun masih keterusan. Masih suka membuat coretan-coretan di buku catatan kecil atau di netbook. Masih berlanjut menulis cerita untuk novel, tapi belum selesai. Masih berlanjut posting di blog. Masih apalagi? Masih ada banyak hal harus diraih dari hobi menulis ini.

Buku pertama, seperti cinta pertama, tak akan pernah kulupa. Eaaaa.... Tapi serius, buku pertama itulah yang mengantarkan pada judul-judul buku yang lain, mengenalkan pada dunia membaca. Setelah mengenal baik dunia membaca, apalagi? Karena jumlah buku yang dibaca semakin bertambah dan genrenya pun beragam, semakin bertambah pula koleksi cerita, wawasan, dan pengetahuan tentang dunia. Dari sana, kita akan memahami tentang “kita” sebagai bagian dari cerita dunia. Di luar sana, ada banyak orang yang memiliki cerita dan kehidupan masing-masing. Kita pun memiliki cerita dan kehidupan sendiri. Cerita yang bisa kita tuliskan, lalu kita bagikan pada seluruh dunia.

Dari satu buku, entah pada halaman ke berapa, ada satu dunia baru yang saya temukan, dunia menulis. Menulis cerita, artikel, opini, dan insyaalloh novel menjadi cara bahagia saya yang sederhana. Menjadi cara sederhana saya menemukan diri saya. Setelah bertemu dunia menulis, bagaimana dengan dunia membaca sebelumnya? Dunia membaca menjadi lebih bermanfaat dari sebelum-sebelumnya. Kalau kita tidak membaca, bagaimana kita bisa tahu apa yang ingin kita tulis? Ya, kan?

Dulu, sumber dan media literasi baca belum “sekaya” sekarang. Gambarnya pun kebanyakan monokrom, karena yang warna-warni dulu harganya mahal. Karena itu, pembaca cilik zaman sekarang sangat beruntung, bisa memiliki dan berinteraksi dengan beragam sumber dan media literasi baca. Kalau dulu harus susah-susah beli di toko buku atau pinjam ke perpustakaan, sekarang ada banyak buku cerita berbasis digital, yang bisa dibaca secara online ataupun offline, dan free. Bukan hanya itu, gambar ilustrasinya pun sudah warna-warni, tidak hanya monokrom. Kurang apa coba?

Salah satu aplikasi yang bisa menjadi salah satu sumber literasi baca para pembaca cilik adalah Let’s Read. Kenalan lebih jauh dengan aplikasi berlogo gajah lucu yang hobinya membaca ini, yuk!

 

Aplikasi Let’s Read adalah aplikasi perputakaan digital yang dipelopori oleh program Books for Asia, The Asia Foundation. Aplikasi ini diharapkan dapat menjadi media literasi yang dapat menumbuhkan minat, kesenangan, kemampuan, keterampilan, dan budaya membaca para pembaca cilik pada era digital ini.

Melalui aplikasi Let’s Read, adik-adik kecil yang sedang semangat-semangatnya belajar membaca, bisa memilih dan membaca banyak sekali buku cerita bergambar secara gratis. Sebanyak apa? Puluhan, ratusan, ribuan, bahkan jutaan judul buku dari berbagai bahasa, genre, dan tingkatan. Kita kupas satu-satu, ya!

Pertama, buku cerita pada Let’s Read disajikan dalam berbagai bahasa nasional dan daerah. Kalau ada yang penasaran dengan buku cerita bergambar dengan bahasa daerahnya sendiri, boleh dicoba. Karena, adik-adik bukan sekadar membaca, tapi juga melestarikan bahasa daerah. Kedua, cerita dari beragam genre, mulai fiksi sampai nonfiksi. Ada cerita tentang superhero, petualangan, sains, kehidupan binatang, keluarga dan persahabatan, folktales, dan masih banyak lagi. Ketiga, tak kalah dengan dunia games yang punya level, di dunia membaca pun ada level atau tingkatannya. Di Let’sRead ini, adik-adik bisa memilih berpetualang ke dalam dunia membaca mulai dari level berapa. Tingkat level membaca, akan menentukan jumlah kosa kata dalam setiap halamannya.

Selain terdiri dari beragam bahasa, genre, dan level, gambar-gambar ilustrasi di setiap ceritanya bagus-bagus loh! Inilah beberapa gambar ilustrasinya!

("Nilam si Tabib", Penulis: Rizky Ramda, Ilustrator: Ella Elviana)


("A New Nest", Penulis: Ratna Kusuma Halim)

("Bermain Apa?", Penulis: Hasmar Affandi, Ilustrator: Elvira Novianti Ken)


("Bermain Apa?", Penulis: Hasmar Affandi, Ilustrator: Elvira Novianti Ken)

Kalau diperhatikan, di gambar ilustrasi terakhir, ada sesuatu yang spesial. Apa itu? Ada yang bisa menebak? Hehehehehehehe.... Yakin, pasti langsung ketemu jawabannya! Ada anak-anak kecil yang bermain gundu atau kelereng, salah satu permainan tradisional tempo dulu yang tak pernah lekang oleh waktu. Ada yang pernah atau mungkin sering bermain kelereng di rumah bersama teman-teman? Baru satu, dan masih ada banyak lagi unsur-unsur budaya daerah dan kearifan lokal. yang dapat ditemukan dari koleksi buku cerita bergambar Let’s Read. Penasaran? Karena itu, mulailah berpetualang di Let’s Read!

Tapi, bagaimana kalau adik-adik lebih suka membaca buku cetak? Tenang, jangan galau ya! Let’s Read sudah menyiapkan pilihan download buku cerita. Adik-adik tinggal memilih dan mendownload secara gratis buku cerita bergambar yang mau dibaca. Lalu, adik-adik bisa mencetak sendiri.

Bagaimana cara mengunduh aplikasinya? Caranya mudah sekaliiiii! Pertama, buka Play Store. Lalu, search aplikasi Let’s Read dengan logo gajah lucu berwarna abu-abu yang membawa sebuah buku dengan belalainya. Setelah menemukan aplikasinya, tinggal download. Aplikasinya juga bisa langsung diunduh di sini ya!

Nah, setelah berhasil mendownload aplikasinya, saatnya mengatur bahasa, level, dan genrenya. Check video di bawah ini ya!

 


Let’s read, and open your new world! Bacalah buku apapun yang kalian suka, dari media manapun yang menurut kalian paling nyaman. Karena tanpa membaca, kalian tidak akan pernah tahu pada judul buku yang mana, pada halaman ke berapa, kalian akan menemukan dunia kalian yang baru. Dunia baru yang akan mengantarkan kalian pada petualangan-petualangan yang baru.

 \^O^/

Wednesday, September 16, 2020

Diary Purple Love Cafe 7

 

pict source: webstockreview.net

Menu: Green Heart

Love Chat via DOA

 

Pengunjung ketujuh kali ini, Nina lagi. Nina yang dulu pernah singgah sebentar di sini. Dan kali ini, Nina masih memilih menu yang sama teh manis hangat dan green heart.

Wajahnya memang tak lagi sendu, sudah ada senyuman manis yang terukir di wajahnya. Tapi, kedua matanya tak bisa berbohong. Masih ada kesedihan di sana. Masih ada rasa sesal di sana. Masih ada rindu yang belum menemukan muaranya.

Inilah NINA’s Green Heart....

Hai, Buk.... Maaf Buk, masih Nina kangen ibuk. Setiap hari, setiap jam, setiap menit, setiap detik, Nina masih kangen ibuk.

Kenapa waktu harus terlalu cepat berlalu? Nina kan masih ingin sama-sama Ibuk, masih mau dipeluk ibuk, masih mau ngobrol sama ibuk, masih mau dimarahin ibuk. Tapi tidak apa-apa.... Besok Nina pasti punya waktu yang jauh lebih banyak sama ibuk, sama bapak juga, di tempat yang jauh lebih baik dari bumi. Sekarang, bumi sudah tak seindah dulu lagi, Buk. Langitnya memang masih berwarna biru, awannya masih berwarna putih, daun pun masih berwarna hijau. Ada banyak sekali orang baik di sekeliling Nina. Tapi, semenjak ibuk pulang ke rumah Alloh, bumi tak lagi senyaman dulu, tak semanis dulu. Bukan karena Nina tidak mau bersyukur, Buk. Tapi, kehidupan setelah di bumi jauh lebih indah, kan?

Maaf ya Buk, Nina masih belum bisa masak buat bapak. Baru bisa masak air, nasi, sama telur ceplok. Telur ceplok pun lebih sering bapak yang masak, lebih enak buatan bapak.

Maaf ya Buk, Nina masih sering bangun kesiangan, ketinggalan salat subuh juga. Padahal, Nina sudah janji mau belajar menjadi anak yang solihah. Tapi, Nina tidak akan menyerah untuk belajar bangun lebih pagi, Buk.

Maaf ya Buk, Nina masih sering menangis kalau ingat ibuk. Bukan Nina tidak ikhlas ibuk pergi, tapi karena Nina sayang ibuk... sayang sekali.... Tapi, ibuk jangan khawatir. Nina dan bapak akan saling menjaga dan menguatkan. Kami baik-baik saja di bumi Alloh. Ada Alloh yang selalu menjaga kami. Nina juga yakin kalau Alloh selalu menjaga ibuk di sana.

Buk, Nina tidak akan pernah berhenti untuk berdoa, belajar, dan berjuang agar kita kelak bisa bertemu dan berkumpul kembali di surga Alloh.... Ibuk, bapak, dan Nina.... Tunggu Nina dan bapak ya, Buk.

\^o^/

Diary Pengunjung Purple Love Cafe  0102030405060708

Tuesday, August 18, 2020

Diary Purple Love Cafe 1

 

pict  source: webstockreview.net

Menu: Green Heart

Love Chat via DOA

 

Siapakah gerangan pengunjung pertama ini?

Panggil saja namanaya... NINA....

Dia seorang perempuan, usianya above 20 under 30. Sudah bekerja sebagai tentor di salah satu lembaga bimbingan belajar, tapi bukan passion-nya ada di sana. Sering patah hati dan ditinggal pergi seseorang yang disebutnya pemilik hati.

Datang ke Purple Love Cafe sendirian, pukul 18.15 WIB. Wajahnya tampak sendu, kedua matanya sembab. Ada satu senyuman di wajahnya. Tapi, getir rasanya. Hanya memesan menu hot chocolate. Tak ada menu lain yang dipesan.

Inilah NINA’s Green Heart....

Hai, Buk... Ibuk.... Kapan bisa manggil seperti ini lagi? Sekarang, kalau Nina manggil “Ibuk...” sudah tak ada lagi yang menjawab. Baru beberapa hari, Nina sudah kangen Buk.... Bagaimana ini? Setiap hari, rasa kangen ini semakin bertambah. Tapi, kita baru bisa bertemu nanti.... Entah kapan itu, hanya Alloh yang tahu....

Maaf ya, Buk.... Sebelum ibuk pergi, Nina malah buat ibuk sedih. Marah-marah juga karena ibuk susah makan. Kenapa ibuk nggak bilang kalau ibuk sakit? Sakit banget kan, pasti? Tapi, kenapa ibuk nggak bilang?

Maaf ya, Buk.... Kemarin-kemarin, sebelum ibuk pergi, Nina cuma bisa ngeluh ini dan itu. Padahal ibuk udah mau pamit, pamit untuk selama-lamanya.... Nggak cuma sehari, seminggu, sebulan, ataupun setahun Nina nggak bisa ketemu ibuk lagi.

Boleh nggak sih, kalau Nina minta waktu Nina buat ketemu ibuk dipercepat?

Maaf ya, Buk.... Nina belum bisa jadi anak yang baik, belum bisa membahagiakan ibuk. Belum bisa menjadi seseorang yang ibuk harapkan. Maaf.....

Tapi, Nina janji. Kelak, saat nanti kita bertemu, kita akan bertemu dalam keadaan yang terbaik. Bismillah Buk..., Nina akan belajar dan berusaha agar bisa menjadi tabungan akhirat untuk ibuk dan bapak.... Doaian Nina dari sana ya, Buk.... Doain Nina dan bapak kuat, sabar, dan ikhlas menjalani hari-hari kami selanjutnya....

Nina dan bapak baik-baik saja di sini. Ibuk baik-baik juga di sana, ya.... Sekarang, rumah ibuk sudah lebih dekat dengan surga Alloh....

Aamiin ya rabbal ‘alamiin....


Diary Pengunjung Purple Love Cafe  0102030405060708

Tuesday, May 26, 2020

Purple Love Cafe


pict source: webstockreview.net

Purple Love Cafe tak pernah sepi dari muda-mudi yang datang dan pergi, silih berganti. Bukan uniknya menu food-beverage yang membuat Purple Love Cafe terkenal. Menu di sana memang tidak berbeda jauh dari kafe lainnya, tapi dikemas dengan tak biasa. Motif love dan warna ungu menjadi ciri khas Purple Love Cafe. Dari gelas, piring, sendok, garpu, sampai plastik pembungkus untuk pesanan take away, serba ungu. Alay kah? Sedikit alay memang, tapi itulah strategi marketing. Haha....

Menu yang paling direkomendasikan di sini adalah es krim coklatnya. Es krim coklat tetap warnanya coklat, rasanya coklat, hanya gelas dan perlengkapan penyajiannya yang ungu. Untuk pelanggan yang kurang suka minuman dingin, hot chocolate sangat-sangat recommended. Bagaimana dengan menu makanan? Enak-enak juga kok. Jadi ngga akan rugi kalau mampir ke sana.

Kalau ke sana, kira-kira enakan sendirian, ngajak teman, ngajak pasangan, atau ngajak mantan? Huahahaha... Jawabannya, tergantung hati. Tapi, kebanyakan pengunjung Purple Love Cafe memilih untuk datang sendiri. Yang datang sendiri, ngga semuanya jomblo ataupun lagi patah hati loh, ya! Catet! Yang memilih datang sendiri, mungkin karena memang merasa lebih nyaman datang sendiri, bukan lebih nyaman untuk menyendiri.

Lalu, apa yang membuat Purple Love Cafe istimewa di hati pemuda-pemudi? Jawabannya adalah karena warna-warni kisah cinta yang ada di sana. Purple Love Cafe menjadi saksi kisah-kisah cinta yang berawal, semakin bersemi, atau bahkan sampai berakhir. Kok bisa?

Purple Love Cafe memiliki satu spot spesial, “love story corner”. Love story corner menjadi wahana selfie ataupun wefie yang tak tak pernah sepi. Kira-kira, apa yang menjadi daya tariknya?

Menu utama Purple Love Cafe bukan food-beverage nya, tapi menu ‘heart card’ di area love story corner. Love story corner, memfasilitasi pengunjung dan pelanggan kafe dengan special menu berikut ini.

Purple Heart 
Inilah menu paling hits di sini. Bukan berupa makanan, tapi kartu berbentuk hati. Warnanya ungu, warna yang menurut pengelola kafe mewakili rasa rindu, cemburu, ataupun pilu karena cinta. Melalui kartu ini, pengunjung bisa menuliskan kisah ataupun mengungkapkan sendunya perasaan mereka. Karena menjadi menu utama, ukurannya juga paling besar jika dibandingkan heart card yang lain.

Green Heart
Menjadi menu populer di urutan kedua. Bentuknya sama, hati. Warnanya hijau dengan ukuran yang sedikit lebih kecil dari purple heart. Di kartu ini, pengunjung bisa menyampaikan kata maaf mereka. Kata maaf untuk siapa? Bisa untuk sahabat, pasangan, dan yang paling banyak sih untuk mantan, hehehehehehe.... Kenapa green heart berada di urutan populer kedua? Kebanyakan pengunjung di sini memilih menyimpan kata maaf mereka karena gengsi. Nah, green heart sangat membantu mereka menyampaikan kata maaf dengan cara yang berbeda. Tanpa mengurangi kadar ketulusan dari si empunya kata pastinya.

Blue Heart
Menu di urutan ketiga, heart card berwarna biru. Inilah menu pilihan untuk pengunjung yang ingin menyampaikan harapan untuk kembali bertemu, entah dengan rasa dan status yang sama ataupun berbeda. Kebanyakan dari mereka masih memiliki kisah cinta yang belum usai.

Pink-Yellow Heart
Memang ada dua warna, pink dan kuning, tapi dengan ukuran yang sama. Menu ini menjadi menu yang paling jarang dipilih. Pink-yellow heart ini isinya deklarasi move on. Wkwkwkwkwk....

Setelah pengunjung menuliskan ‘apapun itu’ di heart card pilihan mereka, saatnya pengunjung memasang heart card mereka di pohon hati. Kalau divisualisasikan, bentuknya seperti pohon impian. Pohonnya cukup besar, bukan pohon sesungguhnya tapi pohon sintetis. Pohon hati didesain dengan ukuran yang... em cukup besar untuk menampung suara dari ratusan, bahkan ribuan hati yang pernah menyempatkan diri singgah sebentar di sana. Untuk warna daunnya apa, bisa dipastikan apa kan? Hehehehehe....

Pengunjung pun bisa berselfie-selfie ria di spot pilihan mereka. Love story corner memberikan additional menu, LOVE CHAT. Pengunjung dapat mengirimkan pesan untuk siapapun yang menjadi tujuan heart card mereka melalui akun instagram, twitter, facebook, ataupun whatsapp Purple Love Cafe. Kalaupun pengunjung ingin eksis di feed ig Purple Love Cafe, admin pun mengizinkan. Tapi pengunjung tipe-tipe ini sangat-sangat jarang ditemukan.

Lalu, apakah love story corner tidak menyediakan menu untuk pengunjung yang ingin menyatakan cinta? Memang TIDAK. Haha... Kenapa? Karena love story corner sengaja dibuat untuk membantu pengunjung yang ingin menyembuhkan luka hati mereka.

Penasaran dengan kisah hati dari pengunjung Purple Love Cafe? Tunggu postingan selanjutnya yaaaaks.....

\^o^/


Diary Pengunjung Purple Love Cafe

















Sunday, May 17, 2020

Catatan Sendu

pict source: www.hipwee.com


Kali ini bukan catatan rindu ceritanya, hehehehehe.... Kenapa? Karena catatan ini bukan hanya tentang rindu, tapi tentang beberapa hal yang cukup merangkum perjalanan langkah kaki selama kurang lebih dua tahun ini.

Dua tahun, deretan hari-hari panjang, penuh perjuangan, yang begitu saja berlalu tanpa kenangan. Bahasanya, kenapa jadi gini banget yak? Maklum ya kan, udah lama ngga nulis di sini.... Rindu rasanya kembali ke sini, tapi apa daya? Hati masih ragu untuk kembali. Kenapa harus ragu? Karena ternyata hati ini masih belum cukup kuat untuk menjadi bagian dari roda kehidupan yang sesungguhnya.

Dari beberapa tulisan yang menyapa teman-teman di sini, tentang waktu, tentang mimpi, tentang roda kehidupan, hanya menjadi serpihan kecil dari kehidupan. Dan memang, menulis jauh lebih mudah dari menjalani semuanya sendiri. Kayak habis nglewatin fase kehidupan kayak apa gitu ya?

Ada beberapa peristiwa yang menuntut hati dan diri untuk menepi sejenak. Dimulai ketika perlahan memberanikan diri keluar dari comfortzone, melangkahkan kaki untuk meraih mimpi, lalu harus beberapa kali terjatuh. Yaph, entah sudah berapa kali kegagalan itu datang, ngga pergi-pergi lagi. Entah karena langkah ini salah, atau mungkin perjuangan ini masih belum cukup besar. Sampai akhirnya, stuck di satu tempat. Roda kehidupan seolah masih enggan berputar. Dan, saat roda itu masih enggan berputar, posisinya baru pas ngga enak banget, posisi poling bawah. Ya, saat ini masih di sini, di tempat ini, tapi setidaknya masih selalu bersama mereka yang selalu menemani.

Lalu... untuk hari ini, detik ini, apa kabar mimpi? Bertemu yang namanya kegagalan, memang bukan hal yang mudah. Ibaratnya, kalau kena pukulan, pukulannya kenceng banget, sampai jatuh tersungkur lagi. Ngga cukup itu, pukulannya harus sampai berkali-kali. Ditambah lagi, waktu yang terus melaju membuat usia semakin tinggi kan? Setiap detik yang berlalu, saat itu juga usia kita berkurang. Hidup, oh hidup, perjalanannya memang selalu penuh misteri. Kapan kehidupan tak lagi terlihat sengeri ini? Wkwkwkwkwk.... Kesannya kayak hopeless banget gitu..... T_T

Memang, sekarang masih berusaha sembuh dari yang namanya fase hopeless. Setiap hari masih terus menata hati dan dunia masih tampak ngeri. Haduuuuu....

Bagiamana caranya menata hati? Ngga tahu si, jawaban yang paling benar dari pertanyaan ini. Ngga tahu juga, hati ini sudah tertata kembali atau belum. Yang pasti, sekarang hati ini mulai merasa jauh lebih baik, lebih nyaman.

Kalau ditanya kenapa hati ini menjadi lebih baik dari kemarin-kemarin, bingung juga njelasinnya. Karena setiap hati punya cara menyembuhkan lukanya sendiri. Em, simpelnya gini, setiap orang punya masalah masing-masing kan, pasti cara untuk sembuh dari lukanya juga lain-lain. Kalau Mey, cara sembuhin hatinya gimana?

Sekarang hatinya Mey juga masih belum sembuh kok. Kenapa bisa merasa lebih baik? Karena... kalau diceritain mah bakalan panjang, ribet juga. Tapi ngga papa ya, silakan dinikmati keribetan dan kemumetan Mey selama beberapa waktu ini.

Selama masa pandemi ini, yaaaa.... COVID-19, membuat banyak manusia dipaksa betah di rumah. Sama, Mey juga puluhan hari harus di rumah, ngga bisa pergi jauh-jauh. Tapi ngeri juga kalau harus pergi jauh-jauh. Tuh kan, sebelumnya aja dunia udah kelihatan ngeri, tambah COVID-19 yang betah singgah, jadi ngeri kuadrat. Selama masa-masa di rumah ini, rasanya hati udah kayak naik roller coaster (Tulisannya yang bener kek apa ya? Wkwkwkwk, jadi ketahuan kalau belum pernah naik wahana begituan).

Ada saatnya justru Mey ngerasa terlalu aman dan nyaman di rumah saja, ngga perlu pergi ke mana-mana, ngga perlu berubah. Toh, hidup gini-gini aja terus, ngga apa-apa, kan? Sampai akhirnya bulan kelahiran terlalu cepat menyapa. Lalu, hati mulai bertanya-tanya, Mey kamu udah ngapain aja Mey? Kenapa ngga ngapa-ngapain? Kapan kamu bisa bermanfaat untuk orang lain? Gimana mau bermanfaat untuk orang lain, bermanfaat untuk ibuk-bapak ae, masih perlu dipertanyakan. Kapan kamu mau berubah Mey? Kapan kamu bisa ketemu jodoh? (Hiyaaaa, pertanyaan ini juga datang, tuing gitu kayak palu yang jatuh pas di kepala....) Pertanyaan tentang jodoh lagi... Kalau kita ngga ngapa-ngapain, kalau kita ngga melangkakhkan kaki ke dunia yang lebih luas, gimana caranya ketemu jodoh coba? Kenapa jadi offside ke jodoh? Soal jodoh nanti ya.....

Setelah pertanyaan-pertanyaan berat itu datang, fase selanjutntya, mencari jawaban dari pertanyaan itu. Jauuuuuuuh lebih berat, hati rasanya lelah sekali. Udah ngerasa kayak, ngga punya waktu banyak untuk berubah. Sampai datang pertanyaan, apa memang kesempatan itu, ngga akan pernah ada? Soalnya, ngelihat teman-teman seangkatan yang udah melangkah jauh ke depan. Sementara, kamu ngapain aja Mey?

Lalu... kemumetan masih berlanjut sampai beberapa waktu.... Mumet yang dinikmati sendiri, karena ngga berani cerita ke siapa-siapa. Nanti kalau cerita malah nambah kemumetan mereka juga.

Terus kenapa sekarang hati ini merasa “sedikit” lebih baik? Karena akan selalu ada Alloh SWT, tempat kita mengadu kan? Malem-malem kan, sebelum tidur, ngga ada angin ngga ada hujan, tiba-tiba pengin banget ngobrol sama Alloh. Ngga tahu kenapa, kangen gitu rasanya. Semua unek-unek yang selama ini numpuk di hati, keluarlah sudah. Nangis? Iya.... Tapi habis itu jadi plong, jauh lebih lega. Kenapa ngga dari dulu ya? Mey... Mey....

Setelah malam itu, mulailah jujur-jujuran sama diri sendiri. Selama ini apa ada yang salah, atau siapa yang salah? Yang salah cuma satu, diri sendiri. Bukan maksud hati, menyalahkan diri. Tapi, ini jujur dari hati, yang salah Mey sendiri. Ngapain susah-sasah nyalahin orang. Ini kan hidupnya Mey sendiri, yang harus tanggung jawab siapa coba? Habis ketemu tersangka utamanya, belajar untuk menerima apa yang terjadi sekarang, pelan-pelan memaafkan diri sendiri dan keadaan.

Habis itu? Inilah satu hal yang sebenernya paling penting. Tapi selama ini, Mey justru lupa, sombong, atau apalah namanya ngga tahu. Pelan-pelan, mulai belajar lebih dekat dengan Sang Pemilik Kehidupan, Alloh SWT. Lebih dekat itu seperti apa? Ngga tahu juga yang paling bener kayak apa. Udah dua kali kayaknya jawaban kek gini muncul, ‘ngga tahu yang paling bener kayak apa’. Kalau Mey, caranya gimana? Sebenernya paling takut kalau nulis soal ini, soalnya Mey aja masih begitulah adanya. Belum pantes, masih harus belajar banyak, mungkin malah harus belajar dari awal. Ada yang mau ngajarin? Adalah nanti yang ngajarin, calon imam mungkin? (ujung-ujungnya ke sini ae, maafkan yaaa....)

Kembali ke belajar lebih dekat dengan Alloh SWT. Yakiiiiiin, ngga tahu yang paling bener kayak apa. Mungkin teman-teman bisa bantu ngasih jawaban ya.... Kalau Mey, semuanya harus dimulai dari hati. Kalau hati kita udah memilih untuk belajar lebih dekat dengan Alloh, insyaalloh ada banyak banget cara untuk lebih dekat. Kalau Mey biasanya, bilang ke hati gini, “Wahai hati, inget ya ada Alloh yang akan selalu ada buat kamu. Jadi, jangan pernah melupakan Alloh dalam setiap perjalanan kamu nanti. Alloh itu dekat, dekat sekali. Bahkan, ketika kita menjauh, Alloh tidak akan pernah meninggalkan kita.” Terus, sering-sering curhat, ngobrol sama Alloh. Caranya? Banyak banget caranya. Sholat, doa, ngaji, sebelum tidur sempetin curhat sama Alloh, apalagi? Buanyak lagi, tinggal pilih cara yang paling baik dan nyaman. Kalau Mey pilih yang mana? Ngga usah dijawab ya, cara curhatnya biar jadi rahasianya Mey sama Alloh. Tentang kapannya? Kapanpun Alloh pasti siap mendengarkan keluh kesah kita.

Intinya, selalu melibatkan Alloh dalam menata hati. Lanjut ya.... Sebenernya, selama dua tahun ini, ngga banyak perubahan, mungkin malah ngga ada perubahan. Kasihan banget yak, Mey... Mey.... Tapi, beberapa hari terakhir ini, ngga tahu kenapa, ada keinginan untuk menjadi Mey yang baru. Selama ini, Mey udah jatuh bangun ngejar cita-cita. Tapi, Mey sendiri ngga yakin kalau itu cita-cita Mey yang sesungguhnya apa bukan? Kok bisa gitu? Bisalah. Di antara teman-teman mungkin juga sudah pernah berada di posisi ketika orang tua kita pengin anaknya jadi ini, itu, ono, apa lagi? Sebagai anak yang ingin membahagiakan orang tua, nah kita berusaha tuh, untuk mewujudkan cita-cita mereka. Ada yang langsung berhasil, ada yang masih berjuang, sayangnya ada juga yang harus gagal. Alasan gagalnya? Kurang ikhlas menjalaninya mungkin.... Haha, ngga kok bercandaaaa. Alasan gagalnya yang pasti, itu bukan yang terbaik. Siapa tahu cita-cita kitalah yang terbaik. Tapi setidaknya, kita sudah pernah memperjuangkan cita-cita orang tua kita kan?

Selama ini, Mey sudah berjuang, bukan berjuang yang asal-asalan. Tapi bener-bener berjuang keras, berusaha memberikan yang terbaik, sama seperti teman-teman yang sudah pernah berjuang untuk mewujudkan cita-cita orang tua. Tapi, takdir menuntun pada hasil yang bisa dibilang menyakitkan. Untuk cita-cita Mey sendiri, gimana nasibnya? Selama ini masih terombang-ambing, terbengkalai tepatnya. Kenapa? Apa karena terlalu fokus pada cita-cita yang lain, jadi ngga ada waktu? Bukan. Tapi karena, Mey masih belum dewasa me-manage waktu, pokoknya masih awur-awuran banget. Ngga ketata. Keiinginan buat lanjut nulis, setiap hari ada. Tapi... mendadak terhenti beberapa detik sebelum eksekusi. Menulis di angan-angan, judulnya. Kenapa berhenti? Karena pola pikir Mey yang masih sempit dan belum dewasa. Jujur ceritanyaaa.... Pertanyaan tentang emang nanti tulisan Mey ada yang baca, emang bisa menjamin masa depan, buat apa nulis kalau ngga ada manfaatnya, mending juga nglakuin hal lainnya yang lebih bermanfaat. Begitulah, unek-unek yang selalu datang tak diundang, dan ngga mau pulang-pulang.

Cita-cita Mey sebenernya jadi apa sih? Cita-cita yang dari SD, SMP, SMA, kuliah, dan sekarang sering berubah-ubah karena ngga fokus dan konsisten. Tulisan Mey selama ini begimane? Kan judulnya lagi-lagi nulis itu, jauh lebih mudah dari yang nglakuin. Kalau kemarin-kemarin mungkin masalahnya Mey masih masalah yang gampang buat dilewatin. Tapi, waktu yang terus berjalan membawa diri ini bertemu masalah yang memang mengharuskan berada di titik ini. Titik di mana menjalankan apa yang ada di sebagian tulisan Mey itu, ternyata ngga mudah. Sulit, nyakitin juga bruuuh.... Rasa ingin menyerah sudah berkali-kali menghampiri, tapi Mey masih diberi kesempatan untuk hidup, jadi ngga boleh nyerah sama kehidupan kan?

Kembali ke sini, sebenernya cita-cita Mey apa sih? Cita-cita yang sebenarnya sudah dari kecil tersimpan rapi, menjadi penulis. Terus, Mey sebenernya pengin nulis apa? Pertanyaan berat ini. Bukan karena ngga tahu jawabannya, tapi masih malu untuk ngasih jawabannya. Soalnya, dari dulu selalu berhenti di tengah jalan. Tapi ngga boleh malu sama cita-cita sendiri kan? Karena cita-cita harus diperjuangkan. Mey pengin nulis buku. Udah pernah nulis buku? Udah, malah udah jadi satu buku, buku cerita anak. Tapi itu pun untuk tugas akhir. Heheh... Duluuu banget, dari SD sebenernya udah seneng kayak nulis cerita gitu. Tapi, namanya juga tulisannya anak-anak kan? Tambah besar, cita-cita jadi penulis itu selalu ada. Dan beberapa hari terakhir ini, cita-cita yang timbul tenggelam ini, datang lagi.

Sebenarnya, Mey pengin nulis buku apa sih? NOVEL. Itu jawaban paling jujur. Selain itu, pengin nulis buku apa lagi? Karena suka anak-anak, pengin juga nulis cerita anak lagi. Terus, nulis buku pelajaran... wkwkwkwkwk.... bercanda lagiii....

Kenapa cita-cita itu bisa datang lagi? Mungkin, Alloh menumbuhkan kembali cita-cita itu, sebagai obat penyembuh hati. Perlahan, semangat untuk menulis itu datang lagi. Buktinya apa coba? Buktinya, ini ngga kerasa bisa nulis sampai sini. Bahagia tahu, bisa nulis lagi. Bismillah ya, berjuang untuk cita-cita Mey yang sempat hibernasi.

Terus bagaimana dengan cita-cita orang tua Mey? Masih ada kesempatan untuk memperjuangkan cita-cita mereka loh? Haaaaaaaaa... Mey masih berjuang juga kok. Tapi, tanpa melupakan cita-cita Mey sendiri. Dua-duanya kalau bisa manage-­nya, insyaalloh akan bertemu hasil yang terbaik. Akan selalu ada Alloh tempat kita bersandar kan? Kalau nanti kita takut ataupun ragu untuk melangkah, ada Alloh yang akan menguatkan. Kalaupun nanti kita harus merasakan sakit karena kembali terjatuh, ada Alloh yang akan menyembuhkan. Kalau nanti kita lelah, akan selalu ada keluarga yang menjadi rumah, tempat kita pulang untuk melepas lelah.

Catatan ini memang tentang kisah sendu. Tapi, kisah sendu ini tidak perlu berakhir pilu. Catatan sendu ini akan menjadi awal baru untuk jejak langkahku... dan langkahmu, mungkin....
Bismillah....

“Hidup itu hanya sekali, sayang kan kalau enggan meraih mimpi.”
“Kalaupun kita harus terjatuh, itulah saatnya kita belajar untuk tumbuh. Ada Alloh SWT yang akan menjadi penyembuh....”

\^o^/