Monday, March 5, 2018

Hai, Masalah! Besar atau Kecilkah Kamu?



Hai, hari Senin! Hai, masalah! Hai, dunia! Kekekekekeke.... Ngga pernah bosan menyapa hari Senin. Hari Senin yang khusus hari ini menjadi hari Senin yang lebih indah. Kenapa? Karena ada satu masalah (yang sebenarnya sederhana dari sudut pandang orang lain) yang sudah selesai hari ini, yeai! Harusnya sudah beberapa minggu yang lalu masalah ini selesai, tapi... tapi... mungkin waktu yang paling baik untuk menyelesaikan masalah ini memang minggu ini. Ya, kan? (Sebuah pembelaan dari upaya menghindari masalah, mungkin juga menunda-nunda... maafkan yaaaak.... \^o^/)

Jadi... masalah tetap masalah. Sebesar apapun itu, sekecil apapun itu. Sesulit apapun itu, semudah apapun itu. Serumit apapun itu, sesederhana apapun itu. Semuanya tetap masalah yang setiap harinya selalu menunggu untuk diselesaikan. Mau kita menghindar dengan alasan apapun, masalah itu akan tetap ada dan terus menunggu. Rasanya menunggu dan ditunggu masalah itu seperti apa? Campur aduk, nano-nano, setiap harinya jadi terbayang satu hari yang akan kita hadapi nanti. Hari di mana masalah itu mengharuskan kita untuk menyelesaikannya sendiri. Entah kita akan berhasil, setengah berhasil, ataupun gagal. 

Terkadang, masalah terlihat lebih besar dari ukuran yang sebenarnya. Misalnya, kita memiliki satu masalah yang menurut kita, masalah itu sangat sulit, jauh dari kata sederhana. Namun, menurut pandangan orang lain, justru satu masalah yang kita hadapi itu sangat sederhana. Menurut mereka, tidak perlu menunggu terlalu lama untuk menyelesaikan masalah itu. 

Begitulah, pasti ada alasan tersendiri yang menyebabkan si masalah ini terlihat jauh lebih sulit menurut pemiliknya sendiri. Masalah yang seharusnya sederhana menjadi terlihat lebih rumit, sulit, dan mungkin lebih baik untuk menghindarinya. Kenapa masalah yang seolah menjadi lebih besar dari ukuran yang sebenarnya? 

Pertama, karena setiap orang itu unik, berbeda-beda, memiliki sudut pandang, perasaan, pemikiran, dan pengalaman masing-masing. Semua itu, nantinya akan mempengaruhi bagaimana seseorang memandang, menyikapi, dan menghadapi sebuah masalah. 

Misalnya, untuk bebicara di depan umum, ada yang menganggap hal ini sebagai hal yang mudah, sederhana, bahkan mengasyikkan. Hal ini biasanya terjadi pada mereka yang sudah berpengalaman berbicara di depan umum, sudah memiliki bekal yang banyak. Selain itu, mereka cenderung memiliki rasa percaya diri yang ‘memadai’ untuk tampil di hadapan banyak orang. 

Sementara, untuk beberapa orang, berbicara di depan umum mungkin selalu menjadi musuh terbesar. Entah itu untuk tugas sekolah, kuliah, kepentingan pekerjaan, atau apapun itu. Untuk beberapa orang ini, menyampaikan pemikiran, pendapat, ataupun perasaan di hadapan orang banyak menjadi tantangan yang jauh lebih baik untuk dihindari. Hal seperti ini, biasanya terjadi pada mereka yang pemalu, lebih suka menyendiri karena mungkin merasa sepi di tengah keramaian. Kemungkinan besar, mereka memiliki banyak pengalaman menjadi pendengar yang baik. Untuk mereka, tempat yang paling nyaman dan aman adalah di rumah, bersama keluarga yang memang selalu menunggu (seperti menceritakan diri sendiri... kekekeke.... \^o^/)

Kedua, karena ‘siapa’ yang kita hadapi berbeda-beda. Kenapa siapa? Karena kita bisa memiliki masalah dengan siapa saja. Bisa keluarga sendiri (kalau bisa jangan ya...), sahabat (masalah pasti tambah runyam), teman (biasanya karena belum terlalu kenal), pilihan hati (masalah yang pastinya selalu melibatkan hati), orang yang baru ketemu di jalan tadi pagi mungkin (biasanya masalah ringan dan tanpa sengaja, tapi bisa juga masalah berat yang mungkin karena salah paham), dan dengan siapapun itu yang Alloh SWT kirimkan untuk mengenal dunia lebih luar lagi, untuk mendewasakan kita suatu saat nanti. Satu saja masalah yang sebenarnya sederhana, bisa menjadi masalah yang luar biasa karena ‘siapa’ yang kita hadapi. Di sisi lain, dari satu masalah yang sebenarnya cukup berat, bisa berubah menjadi lebih ringan karena ‘siapa’ yang kita hadapi.

Ketiga, karena mengeluh. Mengeluh seringkali menjadi reaksi pertama saat harus menghadapi masalah. Kenapa mengeluh? Mengeluh karena mungkin harus menghadapi masalah yang besar. Mengeluh karena mungkin bertemu masalah yang sebenarnya kecil, tapi hampir setiap hari ditemui. Mengeluh karena masalah yang harus dihadapi hanya itu-itu saja. Mengeluh karena kita harus berhadapan dengan ‘si dia’ yang untuk sementara waktu, ingin kita hindari. Mengeluh sejak pertemuan pertama dengan masalah, membuat satu masalah yang kita hadapi, seolah menjadi masalah yang besar, berat, rumit, dan sulit. Entah itu masalah yang sebenarnya kecil ataupun masalah yang memang sudah besar, mengeluh hanya akan membuat keadaan menjadi tidak nyaman, lalu mengurangi semangat dan niat untuk menyelesaikan masalah. Jadi, mengeluh tidak akan membantu menyelesaikan masalah. Justru, mengeluh hanya akan membuat masalah menjadi terlihat lebih besar dari ukurannya yang sesungguhnya. 

Begitulah, terkadang masalah terlihat lebih besar dari ukuran yang sebenarnya. Tapi, serumit apapun, sesederhana apapun sebuah masalah, akan jauh lebih baik untuk menghadapinya. Kalau memang kita belum siap, tak apa menunggu sebentar. Menunggu untuk mempersiapkan diri. Yang pasti, bukan menunggu masalah itu selesai dengan sendirinya, ataupun menunggu orang lain yang menyelesaikannya. 

\^o^/

No comments:

Post a Comment