Kenangan selalu
berhasil menjadi pengobat rindu. Rindu yang setiap harinya semakin dalam karena
jarak dan waktu. Atau mungkin, justru karena
waktu, rindu perlahan menghilang. Kenapa? Karena suatu saat nanti, akan ada kenangan
hanya menjadi kenangan sekadarnya. Dan ‘dia’ akan menjadi masa lalu. Entah
sebagai masa lalu yang manis ataupun pahit.
Ketika jarak dan
waktu sudah membantu kita mengobati rindu, sudah membantu kita melupakan
perasaan indah untuknya, kita pun mulai nyaman menapaki lembaran kehidupan kita
yang baru. Kehidupan tanpa ‘dia’ lagi di samping kita. Lalu, kalau ternyata
takdir sengaja mempertemukan kita kembali dengan ‘dia’ yang dulu pernah
menempati posisi spesial di hati, apa kabar dengan hati kita nanti? Semoga masih
baik-baik saja ya...! Semoga.... Kekekekeke... Bercanda...... \^o^/
Salah satu ujian
hati yang sedang menata hati untuk move
on adalah mengetahui kabar tentang ‘dia’ dan bertemu kembali dengan ‘dia’,
seberapapun singkatnya waktu pertemuan itu, sesederhana apapun cara kita
bertemu dengannya lagi. Bagaimanapun juga, ‘dia’ tetaplah seseorang yang pernah
membuat hari-hari kita menjadi jauh lebih indah. ‘Dia’ tetaplah seseorang yang
pernah membuat kita selalu merasa nyaman ketika berada di sampingnya. ‘Dia’
tetaplah seseorang yang pernah membuat kita merasakan indahnya jatuh cinta. Dan
kalau boleh jujur, mungkin kita bukanlah pihak yang menginginkan perpisahan
terjadi.
Kembali pada
bagaimana kalau ternyata kita harus bertemu ‘dia’ lagi, suatu saat nanti? Entah
saat hati kita benar-benar sudah melepaskannya, atau justru hati kecil kita
masih mengharapkannya untuk kembali. Dua cerita yang berbeda. Bagaimana cerita
masing-masing? Hehehehe.... Yuuuklah kita rangkai ceritanya.....
Pertama, untuk hati yang sudah benar-benar melepaskan
‘dia’ bersama perasaan untuknya. Ceritanya, sudah berhasil move on. Ketika pertemuan
itu kembali terjadi, kenangan bersama ‘dia’ dulu, memang akan kembali hadir.
Tapi, kenangan-kenangan itu tidak lagi seistimewa dulu. Kita kembali bertemu
lagi dengannya sebagai ‘teman’.
Bertemu kembali
dengannya pasti memuat kita merasa canggung. Tapi, ini hal yang sangat wajar. Bahkan,
pertemuan kembali dengan sahabat sendiri yang sudah lama tidak bertemu pun, akan
ada rasa canggung. Tapi, hanya di awal, hanya sebentar. Lalu, bagaimana dengan
rasa canggung saat bertemu kembali dengannya?
Walaupun kita
sudah berhasil move on, walaupun kita
sudah menganggapnya sebagai teman? Rasa canggungnya pasti berbeda, pasti
bertahan lebih lama, pasti lebih rumit dan sulit. Namanya juga pernah memiliki
rasa untuk ‘dia’. Rasa canggung yang hanya sebentar, atau mungkin lebih lama,
jauh lebih baik daripada rasa benci ataupun marah kan? Selain rasa canggung,
ada rasa apa lagi saat bertemu dia? Setelah rasa canggung purna, syukur-syukur
bisa menjadi teman baik..... Mungkin, dari teman-teman ada yang sudah
berpengalaman mengubah posisi mantan menjadi teman? (T_T)
Kedua, untuk hati yang belum sepenuhnya
melepaskan ‘dia’ dan perasaan untuknya. Untuk hati yang masih mengharapkannya
kembali, kembali seperti dulu. Untuk hati yang ini, seperti biasa, hati yang
belum berhasil move on, masih betah stay on. Pertemuan kembali dengannya
pasti campur aduk kan rasanya? Sebuah pertemuan yang justru menumbuhkan rindu
yang lain, menumbuhkan kembali rasa yang selama ini ingin kita lupakan,
menghadirkan kembali kenangan-kenangan indah yang ternyata masih kita simpan
rapi di hati. Sebuah pertemuan yang mungkin harus meninggalkan luka, karena
ternyata takdir mengharuskan ‘dia’ untuk kembali pergi.
Ternyata, masih
ada rindu yang tersimpan untuknya. Ternyata, masih ada rasa yang masih sama
untuknya, bahkan rasa itu belum berkurang sedikitpun. Ternyata, ‘dia’ masih
memiliki tempat istimewa di hati. Kalau boleh memilih, menghindari pertemuan
dengannya mungkin akan lebih baik. Setidaknya, hati kita tidak akan lagi
terluka kan?
Tapi, kalau takdir
sudah mengharuskan kita untuk bertemu lagi dengannya, sekuat apapun kita
berusaha, sejauh apapun kita pergi, pertemuan itu pasti akan terjadi. Apakah hanya
luka yang akan ‘dia’ tinggalkan dari pertemuan kembali itu?
Setiap pertemuan
pasti memiliki alasan. Dan bukan luka yang menjadi alasan utama pertemuan
kembali itu. Bukan luka. Luka menjadi akibat sementara dari pertemuan itu.
Tugas kita adalah mencari obat luka itu. Tugas kita adalah mencari dan memahami
alasan pertemuan itu.
Mungkin, salah
satu alasan utama pertemuan itu adalah untuk memberi kita kepastian. Kepastian
untuk benar-benar menghapus harapan agar dia kembali. Tidak perlu lagi
menunggunya. Kepastian untuk melepaskan dia dan perasaan untuknya. Kali ini,
benar-benar harus. Kepastian bahwa sekarang dia sudah bahagia dengan pilihan
hatinya. Sekaligus kepastian agar kita segera memulai lembaran baru tanpa dia.
Meskipun tanpa dia, kita masih bisa menciptakan bahagia kan? Sudah saatnya
menciptakan bahagia bersama orang-orang yang kita sayang, bersama orang-orang
baru yang nanti akan kita temui, bersama seseorang yang kelak akan menjadi ‘teman
hidup’. Sudah saatnya bahagia dengan cara yang jauh lebih indah.
\^o^/
No comments:
Post a Comment