Monday, April 30, 2018

Antara Rasa Nyaman dan Jatuh Cinta


Nyaman dan jatuh cinta adalah dua rasa yang berbeda. Tapi, rasa nyaman seringkali menjadi alasan untuk jatuh cinta, dan jatuh cinta menjadi alasan tumbuhnya rasa nyaman. Entah rasa nyaman atau jatuh cinta yang menjadi alasan, keduanya menjadi urusan hati. Karena lagi-lagi ini urusan hati, tentang hati yang selalu rumit, bukan tugas yang ringan bagi pemilik hati untuk mengatur dan memilih bersama siapa dia merasa nyaman dan pada siapa jatuh cinta. 

Ada yang bilang kalau rasa nyaman terkadang lebih berbahaya dari jatuh cinta. Kenapa? Hal yang sama-sama indah dan seharusnya membawa bahagia, kenapa berubah menjadi hal yang berbahaya? Kenapaaa? 

Rasa nyaman dan jatuh cinta bisa tumbuh pada satu orang yang sama. Tapi, terkadang rasa nyaman dan jatuh cinta tumbuh pada dua orang yang berbeda. Seseorang yang membuat kita jatuh cinta belum tentu sama dengan seseorang yang membuat kita merasa nyaman, begitu pun sebaliknya. Rumit yaaak.... Begitulah hati, selalu rumit. Tapi, cinta dan jatuh cinta selalu sederhana. Pemilik hatilah yang terkadang membuat cinta dan jatuh cinta terlihat lebih rumit dari yang seharusnya.

Karena itu, ketika kita sudah menemukan seseorang yang membuat kita merasa nyaman sekaligus jatuh cinta, jagalah dia baik-baik. Menjaga bukan berarti mengekang, tapi memberinya ruang untuk menjadi dirinya sendiri, memberinya ruang untuk bahagia dengan caranya sendiri. Kita memang menjadi salah satu alasannya untuk bahagia, tapi dia pun berhak menemukan alasan-alasan bahagia lainnya. 

Kembali pada kenapa terkadang rasa nyaman lebih berbahaya dari jatuh cinta. Kenapa lebih berbahaya? Apakah karena rasa nyaman lebih penting dari jatuh cinta? Lalu, siapa yang lebih penting, seseorang yang membuat nyaman, seseorang yang membuat jatuh cinta? 

Rasa nyaman dan jatuh cinta sama pentingnya. Kehilangan salah satunya akan membuat hati kehilangan salah satu alasan bahagianya. Lalu, bagaimana ketika kita jatuh cinta pada seseorang, tapi seseorang itu belum juga memberikan rasa nyaman? Haruskah mencari yang lain? 

Jangan yaa...! Siapa tahu, seiring berjalannya waktu, rasa nyaman itu akan tumbuh dengan sendirinya. Mungkin, kita perlu mengenalnya lebih jauh. Dia pun perlu mengenal kita lebih jauh. 

Kalaupun setelah sekian lama rasa nyaman itu belum juga tumbuh, sementara rasa cinta entah apa kabarnya, saatnya berbicara dari hati ke hati dengan dia. Tidak perlu memaksakan sebuah hubungan yang justru nantinya hanya akan menyakiti kedua belah hati kan? Mungkin ada seseorang yang masih menunggu kita ataupun dia, entah seseorang itu berada di tempat yang jauh atau justru dekat, sangat dekat. Yang penting, sebuah hubungan yang berawal dengan cara yang baik, juga harus diakhiri dengan cara yang baik. (Ini hanya berlaku untuk hati yang belum mengarungi bahtera rumah tangga yaaaaaa....!)

Rasa nyaman memang sangat penting dalam bertahannya cinta dan berlangsungnya sebuah hubungan. Ketika kita menemukan rasa nyaman di tempat yang tidak seharusnya, di sanalah rasa nyaman menjadi ‘berbahaya’. Ketika bertemu rasa nyaman yang ‘berbahaya’ ini, hehe... kita perlu menjaga hati baik-baik. Kenapa? Agar tidak perlu menyakiti lebih banyak hati. Rasa nyaman yang menjadi alasan atapun akibat tumbuhnya cinta, akan jauh lebih baik jika hanya untuk satu hati yang sama. 

\^o^/


Sunday, April 29, 2018

Tentang Waktu yang Takkan Pernah Terulang

credit pict: https://www.quora.com

Satu... dua... tiga... empat... lima... enam... tujuh.... Setiap detik waktu terus berjalan, membawa kisahnya sendiri. Kisah tentang pertemuan ataupun perpisahan, kisah tentang hati yang mulai jatuh cinta ataupun patah hati, kisah tentang keberhasilan ataupun kegagalan, kisah tentang waktu untuk berjuang ataupun melepaskan, kisah tentang kerinduan dan usaha untuk melupakan. (“Sebuah Usaha Melupakan” sebuah buku dari Boy Chandra..... Ada yang sudah pernah bertemu dan menyapa bukunya? Hehehehe... untuk hati yang masih dilanda galau dan baper, sedang dalam proses move on, buku ini recomended.... selain “Senja, Hujan, dan Cerita yang Telah Usai”... \^o^/ )

Okeeh... lanjut tentang waktu, tentang waktu yang terus berjalan, tentang waktu yang tak pernah terulang. Waktu bersama keluarga, bersama sahabat, bersama orang-orang tersayang, bersama tugas-tugas dan pekerjaan, bersama cita-cita yang masih ‘bersedia menunggu’. 

Hidup dan kehidupan yang kita miliki jauh berbeda dari tayangan sebuah video yang bisa kita pause, stop, skip, atau replay, sesuai keinginan. Dalam sebuah tayangan video, kita bisa menekan tombol pause, bahkan stop ketika sudah bosan, lelah, ataupun ingin secepatnya memutar video yang lain. Atau, kita akan memilih tombol skip untuk langsung melihat tayangan yang paling kita sukai. Bagian lain yang menurut kita tidak penting, dengan mudah kita lewati begitu saja, tanpa kesan. Kita pun bisa menekan tombol replay untuk mengulang-ulang part atau bagian yang menyenangkan hati. 

Tapi, hidup dan kehidupan bukanlah sebuah tayangan video yang bisa dengan mudah kita atur dengan remote control. Kita berada pada waktu yang terus berjalan, tak pernah bisa terulang, sekuat apapun kita berusaha dan meminta. Kalau boleh meminta, mungkin kita ingin terus menerus berada pada waktu yang menempatkan kita pada cerita bahagia bersama orang-orang yang kita sayangi, waktu mereka semua masih lengkap. Belum ada satupun yang pergi. Kita belum mengenal sedihnya perpisahan dan sakitnya kegagalan. Sayangnya, kita tidak memiliki tombol reply kehidupan. Kita hanya bisa memiliki dan menyimpan baik-baik kenangan indah itu. 

Ketika harus berada dalam keadaan yang paling sulit, sebagian dari kita pasti ingin waktu secepatnya berlalu. Untuk apa lama-lama bersahabat dengan keadaan yang tidak nyaman ini? Tapi, sayangnya lagi-lagi tidak ada tombol pause ataupun skip, apalagi tombol stop. Tidak ada tombol pause yang bisa kita pilih untuk menghentikan waktu kita walaupun sebentar, membuat masalah bersabar untuk menunggu. Tidak ada tombol skip yang membantu kita menghindari ataupun mempersingkat waktu kita bersama keadaan yang tidak nyaman itu. 

Kalaupun sekarang kita berada pada waktu yang paling sulit, artinya sudah saatnya untuk tumbuh dewasa. Sudah saatnya belajar memilih dan membuat keputusan. Sudah saatnya belajar bertanggung jawab. Sudah saatnya mengendalikan perasaan kita sendiri. Tidak perlu betah lama-lama bersama perasaan yang membuat hati menjadi tidak nyaman. Sudah saatnya belajar bahwa bahagia tidak datang begitu saja tanpa alasan. Terkadang, kita memang harus menciptakan bahagia kita sendiri di tengah keadaan yang paling sulit sekalipun. 

Kalaupun sekarang kita berada pada waktu yang mengizinkan kita berbahagia dengan apa yang sudah kita capai ataupun miliki, jangan lupa membahagiakan orang-orang yang kita sayang. Jangan lupa berbagi waktu bersama mereka yang mungkin sudah sangat merindukan kita di rumah. 

Kalaupun sekarang kita berada pada waktu untuk menunggu, kita masih bisa menciptakan bahagia. Baper, galau, ataupun gegananya tidak perlu lama-lama kan? (Kekekekekeke.... Mengingatkan diri sendiri... \^o^/). Kita pun masih bisa belajar dan melakukan banyak hal yang bermanfaat selama menunggu. Sayang kan, kalau waktu kita menunggu berlalu begitu saja tanpa kesan? 

Hidup dan kehidupan memang tidak memberikan kita tombol pause untuk menghentikan sementara waktu kita. Tapi, kita harus memiliki waktu untuk beristirahat, walaupun sebentar. Kapankah waktunya? Ketika kita diberi waktu untuk menunggu, ketika lelah benar-benar mengharuskan kita beristirahat sejenak, ketika keluarga meminta kita untuk pulang sebentar.

\^o^/

Related Post:
 

Saturday, April 28, 2018

Hai, Masalah! 2


Apa kabar masalah? Kenapa kamu masih saja betah singgah di sini? Kenapa kamu tidak memilih singgah di ‘tempat’ yang lain? Mungkin di ‘tempat’ yang jauh lebih baik? Pertanyaan macam apa iniiih.... kekekeke....

Jadi, berapa banyak masalah yang menemui kita selama satu minggu ini? Banyak atau sedikitkah? Besar atau kecilkah? Sulit atau mudahkah? Memilih bertahan atau menyerah dengan semua masalah-masalah yang datang silih berganti itu?

Tentang bagaimana menghadapi masalah-masalah itu, ada yang memilih menyimpan masalah itu sendirian, ada pula yang membaginya dengan orang terdekatnya, orang yang bisa dipercaya. Membagi di sini bukan membagi tugas seperti dalam tugas kelompok, tapi membagi cerita dan keluh-kesah. Syukur-syukur, kalau yang diajak berbagi cerita bisa membantu memberikan jalan keluar. Pilihan untuk menyimpan sendiri ataupun membagi cerita tentang masalah yang sedang dihadapi pasti dengan pertimbangan masing-masing.

Berbagi cerita ataupun keluh kesah dengan orang-orang terdekat memang menjadi salah satu cara meringankan beban di pundak. Kalaupun mereka yang menjadi tempat kita berbagi cerita belum bisa memberikan jalan keluar, setidaknya kita sudah menyampaikan perasaan, emosi, kesedihan, atau unek-unek yang sebelumnya hanya milik kita sendiri.

Tapi....

Tidak perlu menceritakan masalah ataupun keluh-kesah berulang kali. Sekali dua kali berbagi cerita yang sama pada satu orang yang sama, mungkin sudah lebih dari cukup. Mereka memang tidak keberatan dengan kita yang menceritakan hal yang sama berulang-ulang kali. Mereka ingin menjadi pendengar yang baik, peduli pada perasaan dan masalah yang harus kita hadapi. Tapi, mendengar cerita kita yang jauh dari ‘kisah yang manis’ berulang kali, bukankah akan menjadi beban mereka? Beban yang tak tampak, tapi membuat hati mereka ‘sedikit’ tidak nyaman. Kenapa beban? Mereka sudah ‘berulang kali’ mendengar cerita dan keluh kesah kita, tapi ternyata mereka memang benar-benar tidak bisa membantu. Pasti ada rasa sesal ataupun rasa bersalah yang menghinggapi hati mereka kan?

Lagipula, berbagi cerita berulang-ulang kali tidak akan membuat masalah pergi begitu saja. Justru, masalah menjadi terlihat jauh lebih berat dan sulit dari yang seharusnya. Sebelum berhadapan dengan masalah pun, kita sudah lelah sendiri dengan cerita-cerita kita. 

Daripada terus menerus berbagi cerita tentang masalah dan keluh-kesah, bukankah lebih baik segera menyelesaikan masalah? Tentunya, dengan cara terbaik yang mungkin sudah kita temukan. Kalaupun belum, lupakan keluh kesah! Saatnya mencari cara terbaik untuk menyelesaikan masalah. Jadi, hai masalah! Sudah cukup aku berbagi tentang kamu dengan mereka. Sudah cukup aku melupakan bahagia bersama mereka yang tersayang. Sekarang, saatnya kita ‘bersahabat baik’.

\^o^/

Related Post: