Ketika seseorang
yang kamu sayang, kamu cinta, bertanya seperti ini, “Kenapa kamu mencintaiku?”
Kamu akan menjawab seperti apa? Kalau kamu termasuk tipe-tipe yang romatis, jawaban
kamu mungkin seperti ini, “Aku ngga tahu kenapa. Karena yang aku tahu, cinta
itu ngga perlu alasan.” Aiiih.... \^o^/
Cinta itu tanpa
alasan, datang tak dijemput, pulang tak diantar (jadi kayak jailangkung....).
Cinta itu tanpa
alasan, datang tanpa kata... pergi tanpa kata... (jadi lagunya Dyta yang Cinta
Tanpa Kata....).
Cinta itu tanpa
alasan, ini masalah hati bro... sist...! Huah, kalau sudah masalah hati ribet
beut jadinya ya.... Selesai sudah kalau masalah hati.
Tapi bagaimana
kalau cinta itu juga butuh sebuah alasan? Kita menyayangi seseorang, kita
mencintai seseorang, ataupun kita merasa nyaman di dekat seseorang, semuanya
butuh alasan. Walaupun alasan itu sulit dipahami, bahkan tidak bisa dipahami.
Kapan datangnya
cinta, hati siapa yang dipilih untuk mencintai dan dicintai, apa semuanya hanya
terjadi begitu saja? Tanpa alasan? Tanpa alasan sama halnya tanpa kepastian.
Datang dan perginya cinta, memang tidak pernah bisa direncanakan. Ada dua orang
yang baru pertama kali bertemu, sudah merasakan adanya getar-getar cinta yang
mulai tumbuh. Ada juga yang sudah saling mengenal selama bertahun-tahun, tapi
mereka hanya sekadar berteman baik. Ada yang sekali bertemu langsung merasa
nyaman. Ada juga yang berulang kali bertemu, tetap merasa asing. Apa semua itu
tanpa alasan?
Hukum sebab akibat
juga berlaku dalam cinta. Cinta sebagai akibat membutuhkan alasan sebagai penyebabnya.
Alasan tumbuhnya cinta, bertahannya cinta, atau berakhirnya cinta ada yang bisa
kita pahami. Namun, ada lebih banyak alasan yang belum atau bahkan tidak bisa
kita pahami. Kenapa? Karena cinta itu memang masalah hati.
\^o^/
No comments:
Post a Comment