Rindu.... Setiap
hati memiliki hak yang sama untuk merindu, memiliki rindu, menyimpan rindu, dan
menyampaikan rasa rindu. Kalau hati sudah menemukan rasa nyamannya bersama
seseorang, jarak dan waktu selalu menjadi alasannya untuk merindu. Tak peduli
sejauh mana jarak dan selama apa waktu yang memisahkan.
Akan ada banyak
alasan hati untuk merindu, terutama kalau rasa cinta dan sayang sudah mulai
tumbuh di sana. Rasa cinta dan sayang membuat rasa rindu itu semakin dalam, berat, dan sesak. Saat rindu itu tiba-tiba
datang, akhirnya kenangan bersama seseorang itu menjadi pengobatnya. Indahnya
kenangan itu seperti menjadi sebuah harapan baru. Namun, rasa ingin mengulang
kenangan dan membuat kenangan yang baru juga membuat kadar rindu semakin pekat,
semakin kuat. Tapi juga membuat hati semakin lelah untuk menunggu.
Lalu, ke mana
ujung rindu dari hati yang setiap harinya semakin dalam? Beberapa hati mungkin merindukan
orang yang sama. Yang dirindukan bisa saja menjawab rindu itu dengan sebuah
pertemuan yang indah. Namun, yang dirindukan terkadang tak bisa memberikan
jawaban. Sampai akhirnya, hati terus merindu tanpa sebuah kepastian.
Di tempat lain,
ada juga hati yang merindukan seseorang yang sebenarnya tak boleh dirindukan. Kenapa
tak boleh dirindukan? Karena hati seseorang itu sudah dimiliki orang lain.
Karena itu, merindukan seseorang itu sama artinya dengan menyakiti orang lain
dan menyakiti dirinya sendiri. Lalu, apakah rasa rindu ini salah? Merindukan
yang seharusnya tak boleh dirindukan. Menyimpan harapan pada seseorang yang tak
pernah tahu kalau kita berharap padanya. Karena suatu saat nanti, karena rasa
rindu ini kita akan merasakan kehilangan seseorang yang sejak awal tak pernah
dimiliki.
Walaupun merindu
adalah hak setiap hati, tapi ternyata rasa rindu itu bisa salah alamat.
Akhirnya, berujung pada rindu yang salah. Bukan rasa rindunya yang salah, tapi
alamatnya yang salah. Pada siapa kita merindu terkadang belum tentu benar. Tapi
karena ini masalah hati, alamat rindu ini memang sangat rumit. Menghapus alamat
rindu berbeda jauh dari menghapus alamat email atau alamat rumah yang tersimpan
di buku catatan. Alamat rindu tersimpannya di hati, di hati paling dalam lagi.
Terus apa yang
harus kita lakukan kalau kita terjebak dalam rindu yang salah? Sebenarnya,
walaupun jarak dan waktu membuat rindu semakin jahat, di sana kita juga belajar
untuk melupakan dan melepaskan. Belajar untuk menerima kalau setiap hari kita
mungkin tidak lagi bisa melihat wajahnya, menatap matanya, mendengar suaranya,
berbicara akrab dengannya, bercanda dengannya. Rasanya memang sakit di awal.
Tapi, pada pertengahan perjalanan nanti, rasa sakit dan luka itu perlahan akan
hilang. Sampai pada akhir perjalanan nanti, kita mungkin bisa menemukan alamat
rindu yang baru, rindu yang benar pastinya.
Gampang banget
nulisnya, praktiknya susah ya kan? Susah memang, tapi pelan-pelan harus
belajar. Kenapa pelan-pelan, karena kita perlu belajar dan menikmati prosesnya. Semakin dalam perasaan kita, semakin panjang juga prosesnya. Karena kalau mengenal dia menjadi salah satu hal terindah yang pernah terjadi
dalam kehidupan kita, maka melupakannya juga menjadi salah satu hal yang paling
sulit.
Note this! Jangan
sampai karena rindu yang salah, kita jadi lupa untuk bahagia!
Untuk kamu yang kurindukan....
Ketika suatu saat nanti kita bertemu
lagi... Aku harap kita bisa saling menyapa, mungkin dengan rasa yang sudah
berbeda. Atau justru dengan rasa yang sama, namun lebih dewasa. Sekarang, aku
ingin memulai langkah untuk melupakanmu dengan cara yang indah.
\^o^/
No comments:
Post a Comment