Tentang sebuah
kepastian, ada yang harus menunggu kepastian, ada juga yang harus memberikan
kepastian. Menunggu ataupun memberikan kepastian, keduanya sama-sama
membutuhkan waktu, membutuhkan proses. Waktu yang kadang tak sebentar. Proses
yang kadang harus penuh liku. Tapi, itulah salah satu dari sekian banyak
perjalanan hati.
Kepastian bisa
datang dalam bentuk pernyataan tentang perasaan cinta, jawaban apakah perasaan
kita selama ini juga berbalas indah, atau mungkin dengan langsung membawa keluarganya
ke rumah untuk meminta izin.... Kekekeke.... Khusus untuk bentuk yang ketiga
ini, kepastian bukan hanya untuk kita, tapi juga untuk keluarga kita. Kalau
sudah membawa keluarga, pasti kepastian yang indah, kepastian yang membawa
bahagia.
Sayangnya, tidak
semua kepastian dapat membawa bahagia. Ada juga yang harus membawa luka. Tapi,
luka ini jauh lebih baik daripada kita harus terus menunggu sesuatu yang tidak
pasti. Sesuatu yang pada akhirnya, mungkin membawa luka yang jauh lebih dalam. Luka
yang lebih sulit untuk diobati. Kenapa? Karena cinta sudah terlalu dalam menghuni
hati. Karena harapan indah yang setiap harinya terus tumbuh, ternyata tak
seindah kenyataan.
Kepastian yang Membawa Bahagia
Pertama, kepastian
yang membawa bahagia. Bahagia yang selalu sederhana, tapi lebih dari cukup untuk
membuat hari-hari kita menjadi lebih indah. Lebih dari cukup untuk menumbuhkan
semangat dan harapan baru. Lebih dari cukup untuk menjadi alasan menyimpan dan
membuat kenangan-kenangan manis dengannya. Lebih dari cukup untuk menjadi
alasan kita memperjuangkannya, memperjuangkan cintanya.
Kepastian akan cinta
kita yang ternyata berbalas, selalu membawa bahagia. Bahagia yang melebihi
bahagia saat kita mulai jatuh cinta. Menerima pernyataan cinta dari seseorang
yang sebelumnya sudah kita pilih sebagai pilihan hati. Menerima jawaban kalau
ternyata cinta kita berbalas, perasaan kita juga dibalas dengan perasaan yang
indah (mungkin lebih indah dari perasaan kita sendiri). Menerima kedatangannya
ke rumah untuk meminta izin langsung dari kedua orang tua kita, atau mungkin
menerima kedatangannya bersama keluarganya.... kekekekekeke lagi..... Itulah
beberapa bentuk kepastian kalau kita memang harus memperjuangkan cinta. Cinta
yang insyaalloh membawa bahagia.
Kepastian yang Membawa Luka
Kedua, kepastian
yang harus membawa luka. Luka yang tak pernah sederhana, hampir selalu membawa
air mata. Tapi, selalu lebih dari cukup untuk mengajarkan kita arti melepaskan.
Lebih dari cukup untuk mengajarkan kita menjadi lebih dewasa. Lebih dari cukup
untuk mengenalkan kita pada rasa cinta (meskipun harus tak berbalas). Lebih
dari cukup untuk belajar berhenti mengistimewakan kenangan tentang dia. Lebih
dari cukup untuk menjadi alasan kita berhenti memperjuangkannya, memperjuangkan
cintanya.
Sekali lagi, bukan
tentang menyerah ataupun kalah. Selama kita berusaha mengenalnya dengan baik, ketika
kita menyatakan perasaan cinta, selama kita menunggu kepastian darinya dengan
beragam cara kita masing-masing, kita sudah berjuang. Itulah bentuk perjuangan
kita. Perjuangan mengenal dan mungkin menumbuhkan cinta di hatinya. Bukan
berjuang untuk mengharuskan dia menerima cinta kita. Karena cinta memang tidak
bisa dipaksakan. Kalau kita memaksakan agar cinta kita berbalas, sama artinya kita
menyakiti dia. Kita memang yakin bisa membahagiakan dia, tapi bagaimana kalau
dia sudah memilih bahagia dengan orang lain?
Cinta tumbuh
dengan sendirinya, pada hati yang terpilih. Kepastian yang akhirnya datang,
tentang apakah cinta berbalas ataupun harus tak berbalas, tentang apakah cinta
membawa bahagia ataupun harus membawa luka, itulah jawaban dari pertanyaan,
keraguan, dan perjalanan sejak kita mengenal dia sebagai orang baik. Orang baik
yang sudah memiliki tempat spesial di hati kita. Orang baik yang selalu menjadi
alasan kita untuk bahagia. Orang baik yang mungkin juga membuat kita belajar
menjadi orang yang lebih baik. Kepastian yang akhirnya datang untuk membantu
kita menentukan pilihan, untuk berjuang atau melepaskan cinta.
\^o^/
Link terkait
No comments:
Post a Comment