Monday, February 5, 2018

Hai, Bad Day! 2



Selamat datang kembali hari Senin...!

Welcome back again Monday...!

Hehehehe... pernah merasa kalau hari Senin selalu datang lebih cepat dari hari-hari lainnya? Sedangkan hari Minggu, harus kita tunggu-tunggu datangnya. Bukan hanya hari Minggu, tapi untuk semua hari libur. Kekekekeke... Baru, juga satu hari masuk sudah rindu libur. Sungguh contoh yang tidak baik....

Jadi, postingan kali ini masih kelanjutan dari "Hai, Bad Day!" sebelumnya. Kenapa lagi-lagi tentang bad day? Karena hari ini hari Senin.... Kekekekeke.... Monday is a bad bay, yes or no? Maybe yes, maybe no. Karena tidak selalu hari Senin menjadi bad day, bisa juga good day. Tergantung cerita yang terjadi hari ini. Tapi, beberapa di antara kita yang di sini, mungkin pernah bertemu hari Senin sebagai bad day. Bukan hanya pernah bertemu, mungkin sering bertemu. Karena hari Senin tetaplah hari Senin.

Kembali ke hari Senin yang sering berubah menjadi bad day

Hari Senin di pagi hari... beginilah ceritanya. Biasanya, kurang baiknya sebuah hari, dimulai dari pagi hari. Senin pagi itu yang paling berat, jika dibandingkan pagi hari pada hari-hari lainnya. Apalagi kalau awan mendung, gerimis, ataupun hujan sudah datang lebih dulu, sebelum kita bangun pagi. Ingin rasanya kembali ke pelukan hangat guling dan selimut. Ibarat kalau kita punya radar, pada Senin pagi yang entah langit sedang cerah ataupun mendung, tetap saja radar belum berfungsi prima, belum tune in, masih mencari-cari sinyal. 

Kenapa hari Senin, terutama di pagi hari, sering terasa lebih berat? Karena adanya jeda hari libur sebelumnya. Sehari ataupun dua hari libur yang selalu dan selalu jatuh sebelum hari Senin, selalu membuat Senin di pagi hari terasa lebih berat. Malas tepatnya. Malas bangun lebih pagi, malas cepat-cepat menjauh dari tempat tidur, malas keluar kamar karena harus bertemu tugas baru. Tugas baru yang minggu lalu belum kita temui, atau tugas baru yang kita tunda-tunda karena hari libur.

Lima menit sedikit lebih lama di tempat tidur di Senin pagi, mungkin tidak apa-apa. Atau mungkin sepuluh menit, lima belas menit, dan menit-menit selanjutnya terus berjalan. Dan mungkin, di Senin pagi ini ada yang harus terlambat bangun pagi, terlambat mengikuti upacara bendera atau apel di sekolah, terlambat masuk kuliah, atau terlambat masuk kerja. 

Mulai menjalani hari Senin di sekolah, kampus, ataupun tempat kerja tercinta...
Nah, setelah sampai di sekolah, di kampus, ataupun di tempat kerja, radar yang tadinya belum menemukan sinyal, mulai berfungsi normal. Bertemu sahabat, teman, orang-orang tersayang, orang-orang tercinta di tempat itu mungkin menjadi semangat baru di hari Senin. Siapa tahu, setelah bertemu mereka, hari yang semula buruk, bisa menjadi lebih baik, lebih indah. 

Tapi, karena hari ini tentang hari Senin yang menjadi bad day, jadi seperti inilah ceritanya. Tidak semua orang gagal di pagi harinya. Banyak juga yang bisa bangun pagi tepat waktu. Lalu mulai menjalani harinya dengan hati bahagia dan senyum ceria. Kecuali, teruntuk yang terlambat bangun pagi ataupun yang belum ingin bertemu hari Senin pagi karena harus bertemu masalah yang sudah dipastikan datang nanti. Hari Seninnya memiliki kisah yang berbeda. 

Untuk yang terlambat bangun pagi, hehehehehe.... mungkin mereka harus bertemu teguran dari bapak/ibu guru. Bertemu teman-teman satu kelompok yang sudah manyun karena kita yang terlambat membuat presentasi kelompok harus terlambat, bahkan berantakan. Atau harus betemu teguran di tempat kerja karena kita terlambat masuk. Padahal, mungkin kita bukan satu-satunya yang terlambat. Mendapat teguran, hukuman, atau apapun itu yang disebabkan karena keterlambatan kita, sepertinya akan mulai merubah hari kita. Rasa malu, kesal, sebal, malas, marah (pada siapa? kekeke), mulai menyelimuti hari kita sampai detik berikutnya, menit berikutnya, jam berikutnya. Satu hal kecil bisa merubah hari kita.

Untuk hati yang belum siap bertemu hari Senin pagi entah karena masalah apapun ataupun karena siapapun itu, sepanjang hari akan menjadi bad day (kecuali, untuk yang memilih berdamai dengan hatinya sendiri, berdamai dengan hati membuat semua menjadi lebih ringan). Selama seminggu sebelumnya, mungkin ada yang tidak ingin cepat-cepat bertemu hari Senin. Karena bertemu hari Senin sama artinya dengan bertemu masalah. Sama artinya dengan bertemu seseorang yang belum belum ingin kita sapa. Akhirnya, masalah dan siapapun itu akan mengubah mood kita menjadi semakin buruk, menemani hari kita yang semakin suntuk. Bahkan, mungkin kita akan sukses membuat hari Senin orang lain menjadi bad day juga.

Kenapa pada hari Senin masalah seperti menjadi semakin buruk? Karena itulah hari Senin. Hari pertama di awal minggu. Mungkin, karena kita ‘merasa’ belum siap menghadapi masalah. Mungkin karena ‘merasa’ belum siap bertemu mereka yang sebelumnya kita hindari. Kenapa merasa? Karena perasaan seringkali membuat segala sesuatu menjadi lebih buruk. Menjadi tampak jauh, padahal dekat. Menjadi lebih kompleks, padahal sederhana. Menjadi menakutkan, padahal biasa-biasa saja. Menjadi lebih sulit, padahal seharusnya mudah. Begitulah, perasaan yang memang bisa menguatkan, tapi juga terkadang justru melemahkan.

Seperti apapun hari Senin kita hari ini, se-bad day atau se-good day apapun hari Senin kita, itulah hari yang harus kita lalui. Hari yang harus menjadi bagian dari perjalanan hidup kita. Mungkin, ada banyak hal yang bisa kita pelajari di hari Senin ini, meskipun jatuhnya tetep harus bad day. Kekekeke.... Yang penting, jangan lupa bersyukur, jangan lupa bahagia karena kita masih bisa melewati hari ini.

Kalaupun Monday is a bad day itu mainstream, pilihlah yang anti mainstream, Monday is a good day. Caranya? Tergantung cerita hati kita di hari Senin, tergantung bagaimana menciptakan bahagia kita sendiri di hari Senin.

\^o^/

No comments:

Post a Comment