Selamat datang
kembali hari Senin...!
Welcome back again Monday...!
Hehehehe... pernah
merasa kalau hari Senin selalu datang lebih cepat dari hari-hari lainnya?
Sedangkan hari Minggu, harus kita tunggu-tunggu datangnya. Bukan hanya hari
Minggu, tapi untuk semua hari libur. Kekekekeke... Baru, juga satu hari masuk
sudah rindu libur. Sungguh contoh yang tidak baik....
Jadi, postingan
kali ini masih kelanjutan dari "Hai, Bad Day!" sebelumnya. Kenapa lagi-lagi tentang
bad day? Karena hari ini hari
Senin.... Kekekekeke.... Monday is a bad
bay, yes or no? Maybe yes, maybe no.
Karena tidak selalu hari Senin menjadi bad
day, bisa juga good day.
Tergantung cerita yang terjadi hari ini. Tapi, beberapa di antara kita yang di
sini, mungkin pernah bertemu hari Senin sebagai bad day. Bukan hanya pernah bertemu, mungkin sering bertemu. Karena
hari Senin tetaplah hari Senin.
Kembali ke hari
Senin yang sering berubah menjadi bad day.
Hari Senin di pagi hari... beginilah ceritanya. Biasanya, kurang
baiknya sebuah hari, dimulai dari pagi hari. Senin pagi itu yang paling berat,
jika dibandingkan pagi hari pada hari-hari lainnya. Apalagi kalau awan mendung,
gerimis, ataupun hujan sudah datang lebih dulu, sebelum kita bangun pagi. Ingin
rasanya kembali ke pelukan hangat guling dan selimut. Ibarat kalau kita punya
radar, pada Senin pagi yang entah langit sedang cerah ataupun mendung, tetap
saja radar belum berfungsi prima, belum tune
in, masih mencari-cari sinyal.
Kenapa hari Senin,
terutama di pagi hari, sering terasa lebih berat? Karena adanya jeda hari libur
sebelumnya. Sehari ataupun dua hari libur yang selalu dan selalu jatuh sebelum
hari Senin, selalu membuat Senin di pagi hari terasa lebih berat. Malas
tepatnya. Malas bangun lebih pagi, malas cepat-cepat menjauh dari tempat tidur,
malas keluar kamar karena harus bertemu tugas baru. Tugas baru yang minggu lalu
belum kita temui, atau tugas baru yang kita tunda-tunda karena hari libur.
Lima menit sedikit
lebih lama di tempat tidur di Senin pagi, mungkin tidak apa-apa. Atau mungkin
sepuluh menit, lima belas menit, dan menit-menit selanjutnya terus berjalan.
Dan mungkin, di Senin pagi ini ada yang harus terlambat bangun pagi, terlambat
mengikuti upacara bendera atau apel di sekolah, terlambat masuk kuliah, atau
terlambat masuk kerja.
Mulai menjalani hari Senin di sekolah,
kampus, ataupun tempat kerja tercinta...
Nah, setelah
sampai di sekolah, di kampus, ataupun di tempat kerja, radar yang tadinya belum
menemukan sinyal, mulai berfungsi normal. Bertemu sahabat, teman, orang-orang
tersayang, orang-orang tercinta di tempat itu mungkin menjadi semangat baru di
hari Senin. Siapa tahu, setelah bertemu mereka, hari yang semula buruk, bisa
menjadi lebih baik, lebih indah.
Tapi, karena hari
ini tentang hari Senin yang menjadi bad
day, jadi seperti inilah ceritanya. Tidak semua orang gagal di pagi
harinya. Banyak juga yang bisa bangun pagi tepat waktu. Lalu mulai menjalani
harinya dengan hati bahagia dan senyum ceria. Kecuali, teruntuk yang terlambat
bangun pagi ataupun yang belum ingin bertemu hari Senin pagi karena harus
bertemu masalah yang sudah dipastikan datang nanti. Hari Seninnya memiliki
kisah yang berbeda.
Untuk yang
terlambat bangun pagi, hehehehehe.... mungkin mereka harus bertemu teguran dari
bapak/ibu guru. Bertemu teman-teman satu kelompok yang sudah manyun karena kita
yang terlambat membuat presentasi kelompok harus terlambat, bahkan berantakan.
Atau harus betemu teguran di tempat kerja karena kita terlambat masuk. Padahal,
mungkin kita bukan satu-satunya yang terlambat. Mendapat teguran, hukuman, atau
apapun itu yang disebabkan karena keterlambatan kita, sepertinya akan mulai
merubah hari kita. Rasa malu, kesal, sebal, malas, marah (pada siapa? kekeke),
mulai menyelimuti hari kita sampai detik berikutnya, menit berikutnya, jam
berikutnya. Satu hal kecil bisa merubah hari kita.
Untuk hati yang
belum siap bertemu hari Senin pagi entah karena masalah apapun ataupun karena
siapapun itu, sepanjang hari akan menjadi bad
day (kecuali, untuk yang memilih berdamai dengan hatinya sendiri, berdamai
dengan hati membuat semua menjadi lebih ringan). Selama seminggu
sebelumnya, mungkin ada yang tidak ingin cepat-cepat bertemu hari Senin. Karena
bertemu hari Senin sama artinya dengan bertemu masalah. Sama artinya dengan
bertemu seseorang yang belum belum ingin kita sapa. Akhirnya, masalah dan
siapapun itu akan mengubah mood kita
menjadi semakin buruk, menemani hari kita yang semakin suntuk. Bahkan, mungkin
kita akan sukses membuat hari Senin orang lain menjadi bad day juga.
Kenapa pada hari
Senin masalah seperti menjadi semakin buruk? Karena itulah hari Senin. Hari
pertama di awal minggu. Mungkin, karena kita ‘merasa’ belum siap menghadapi masalah.
Mungkin karena ‘merasa’ belum siap bertemu mereka yang sebelumnya kita hindari.
Kenapa merasa? Karena perasaan seringkali membuat segala sesuatu menjadi lebih
buruk. Menjadi tampak jauh, padahal dekat. Menjadi lebih kompleks, padahal
sederhana. Menjadi menakutkan, padahal biasa-biasa saja. Menjadi lebih sulit,
padahal seharusnya mudah. Begitulah, perasaan yang memang bisa menguatkan, tapi
juga terkadang justru melemahkan.
Seperti apapun
hari Senin kita hari ini, se-bad day
atau se-good day apapun hari Senin
kita, itulah hari yang harus kita lalui. Hari yang harus menjadi bagian dari
perjalanan hidup kita. Mungkin, ada banyak hal yang bisa kita pelajari di hari
Senin ini, meskipun jatuhnya tetep harus bad
day. Kekekeke.... Yang penting, jangan lupa bersyukur, jangan lupa bahagia
karena kita masih bisa melewati hari ini.
Kalaupun Monday is a bad day itu mainstream,
pilihlah yang anti mainstream, Monday is
a good day. Caranya? Tergantung cerita hati kita di hari Senin, tergantung
bagaimana menciptakan bahagia kita sendiri di hari Senin.
\^o^/
No comments:
Post a Comment