Saturday, February 17, 2018

Kisah Hati: Melepaskan Menjadi Sebuah Keharusan, Bukan Lagi Pilihan

credit pict: id.pinterest.com

Melanjutkan kisah hati setelah menerima kepastian darinya. Kali ini, untuk hati yang menerima kepastian yang membawa luka. Kepastian tentang cinta yang tak terbalas. Kepastian yang menjadikan melepaskan sebagai keharusan, bukan lagi hanya sebagai pilihan. 

Menerima kepastian tentang cinta yang tak berbalas, pasti rasanya sangat sakit. Bahagia sepertinya hilang begitu saja. Bahagia kita saat pertama kali bertemu dengannya, saat mulai jatuh cinta padanya, dan saat bisa mengenal ataupun lebih dekat dengannya sebagai teman, mulai begitu saja kita lupakan. Yang ada hanya rasa kecewa, sesal, dan sedih. 

Lalu kemana rasa bahagia itu? Rasa bahagia itu sebenarnya tidak pernah hilang. Kita hanya lupa caranya untuk bahagia. Bukan seluruh kebahagiaan yang pergi, tapi hanya satu alasan untuk bahagia yang pergi. Bukankah masih ada banyak alasan kita untuk bahagia hari ini, besok, dan nanti? Untuk sementara, mungkin kita hanya melupakan alasan-alasan bahagia itu. Karena cinta, kita bisa bahagia melebihi bahagia karena alasan bahagia lainnya. Tapi, karena cinta juga, kita bisa melupakan caranya bahagia, meskipun ada banyak sekali alasan bahagia dalam kehidupan kita.

Cinta yang pergi membuat kita melupakan caranya bahagia. Sampai kapan kita melupakan caranya bahagia? Apa kita juga tetap tidak ingin bahagia? Apa kita juga tetap tidak ingin melupakannya? Apa kita juga tetap tidak mau melepaskannya?

Dia sudah bahagia dengan pilihan hatinya sendiri. Haruskah kita menyesali keputusannya untuk tidak memilih kita? Memilih pilihan hati adalah haknya sendiri, seperti halnya kita yang memilih dia sebagai pilihan hati. Apa kita tetap harus menyayangkan keputusannya karena memilih bahagia dengan orang lain? Kita memang yakin bisa membahagiakannya, bisa selalu menjaga hatinya. Tapi kalau dia sudah bahagia dengan pilihan hatinya, bagaimana lagi? 

Awalnya memang berat, bahkan sangat berat saat melihat pilihan hatinya ternyata bisa membahagiakannya. Mungkin karena hati kita masih belum sepenuhnya melepaskan dia. Tapi, bukankah kalau kita benar-benar mencintai dan menyayangi seseorang, kita akan merasa bahagia saat seseorang itu bahagia? Kita juga akan ikut bersedih saat seseorang itu bersedih. Kalau dia sekarang sudah bahagia, kenapa kita tidak mencoba untuk ikut bahagia? Berat, sangat berat memang. Kita yang baru merasakan patah hati harus belajar untuk bahagia saat melihat dia bahagia bersama pilihan hatinya. Tidak ada yang mengatakan hal seperti ini adalah hal yang mudah. Tapi, tidak ada salahnya untuk mencoba kan? 

Dia dan pilihan hatinya bisa hidup bahagia, sementara kita? Apa harus terlalu lama melupakan caranya bahagia? Kalaupun kita masih terus bersedih, kecewa, marah, ataupun membenci keputusannya, sepenuhnya menjadi kesalahan dan tanggung jawab kita sendiri. Kitalah yang belum juga mengingat caranya bahagia. Kitalah yang melupakan hak kita untuk bahagia. 

Rasa sedih dan kecewa itu datang karena harapan yang kita simpan dan jaga ternyata jauh dari kenyataan. Rasa marah dan benci itu, sebenarnya tidak seharusnya muncul, tidak seharusnya disimpan terlalu lama untuk dia yang pernah dan masih kita sayangi, kita cintai. Kenapa? Karena dia datang membawa rasa yang indah untuk hati kita. Krena dia pernah menjadi alasan kita untuk bahagia. Kalaupun dia memilih pergi, itulah jalan terbaik yang memang harus kita jalani. Selain itu, waktu kita terlalu berharga hanya untuk membenci, apalagi membenci dia yang pernah kita cinta.

Disinilah kita sampai pada kisah hati untuk melepaskannya dan melepaskan cinta untuknya itu. Untuk apa? Untuk kebaikan kita sendiri. Agar kita tidak lagi melupakan caranya bahagia. Bukan hanya dia yang berhak untuk bahagia. Kita pun berhak untuk bahagia, meskipun memang bukan dengan dia. Sekali lagi, ini bukanlah pekerjaan hati yang ringan, tapi pekerjaan hati yang berat. 

Seberat apapun itu, sesulit apapun itu, melepaskan bukan hanya menjadi pilihan, tapi sebuah keharusan. Prosesnya memang tidak sebentar, tidak secepat ketika kita jatuh cinta. Karena itu, nikmati semua proses dan pengalaman yang hadir bersama proses melepaskan itu. Tidak perlu langsung seketika ataupun terburu-buru, yang penting harus. Hati kita bukanlah mesin yang memiliki tombol on-off yang bisa kita atur dengan mudah untuk hari ini juga melupakan dan melepaskan dia, bersama cinta yang selama ini sudah kita tumbuhkan. Pelan-pelan, suatu saat nanti, sampai kita benar-benar ikhlas, kita pasti bisa melepaskan dia. Setidaknya, dengan mulai melepaskan dia, kita sudah mencoba untuk tidak lagi lupa caranya bahagia. Suatu saat nanti, kita pasti juga bisa bertemu dengan pilihan hati yang kelak menjadi teman hidup. Ya kan?

Yang penting, jangan pernah menyesali pertemuan dengannya. Jangan pernah menyesal pernah mengenalnya. Jangan pernah menyesali cinta yang pernah tumbuh untuknya. Semua itu adalah pelajaran kehidupan yang sangat berharga. Dia hadir karena sebuah alasan. Alasan untuk mengajarkan kita tentang cinta, sekaligus melepaskan cinta.

1 comment: