Kisah yang paling
berwarna adalah kisah tentang persahabatan. Kisah yang akan melengkapi
perjalanan hidup kita dulu, sekarang, dan nanti. Entah itu persahabatan yang
sudah lama terjalin, ataupun yang baru saja seumur jagung. Dalam perjalanannya,
kisah tentang persahabatan ini akan menghadirkan banyak kenangan. Selain banyak
kenangan manis, ada juga kenangan yang kurang manis. Kenapa harus ada yang
namanya kenangan yang kurang manis? Karena itulah cara kehidupan mengajarkan
kita untuk bersyukur, mengajarkan kita untuk dewasa.
Adakah yang baru
saja mencicipi kenangan yang kurang manis bersama sahabat? Baru saja ataupun
sedang memiliki masalah dengan sahabat mungkin? Punya masalah dengan sahabat
sendiri itu lebih rumit dan kompleks daripada dengan orang lain. Kenapa? Salah
satu hal unik dalam persahabatan adalah di satu sisi masalah akan mudah
diselesaikan karena dia sahabat kita, tapi di sisi lain masalah menjadi jauh
lebih sulit untuk diselesaikan karena dia sahabat kita. Terkadang ego membuat
masalah semakin berlarut-larut. Kita menjadi sangat berat untuk meminta maaf
ataupun memaafkan.
Entah itu masalah
kecil ataupun besar, tetap menjadi masalah yang besar. Entah kita ataupun dia yang
bersalah, tetap saja kita menganggap dia yang bersalah, titik tanpa koma. Kita
berusaha mencari pembenaran dari apa yang sudah kita lakukan, katakan, ataupun
pikirkan. Kitalah yang paling benar, sementara dia selalu salah. Kita merasa
dialah yang egois dan selama ini kitalah yang selalu mengalah. Saat-saat
seperti ini, dia tidak mau minta maaf, apalagi kita sendiri. (#pengalaman T-T ...
don’t try this at your life).
Saat masalah kecil
ataupun besar itu tidak kunjung selesai, mungkin kita akan sulit berkomunikasi
dengan sahabat kita itu. Jadilah kita mendiamkan dia, atau justru kita yang
didiamkan. Mendiamkan ataupun didiamkan orang lain, apalagi itu sahabat sendiri,
rasanya ngga enak pakai banget.
Untuk yang merasa
sudah dewasa, mungkin kita tidak akan bertemu peristiwa diam-mendiamkan dengan
sahabat. Entah karena merasa tidak enak sudah bersahabat lama, ataupun merasa
tidak enak dengan pendapat ataupun pandangan orang lain. Saat itulah, kita akan
berusaha bersikap seperti biasanya, meskipun masalah itu masih ada, belum
terselesaikan, mungkin justru semakin besar. Sudah mencoba seperti tidak
terjadi apa-apa, sekuat hati mencoba mengajak ngobrol, padahal dalam hati hanya
ingin menghindarinya. Sangat tidak nyaman berada di dekatnya, sangat tidak
nyaman ngobrol dengannya, sangat tidak nyaman bertemu dengannya.
Jadi, masalah
dengan sahabat itu pasti dan pasti membuat hidup tidak nyaman. Kita memang
tidak bisa menghindar dari masalah. Mau tidak mau, kita harus menghadapi dan menyelesaikan
masalah. Kita tidak boleh membiarkan permasalahan semakin berlarut-larut. Kita
harus memperbaiki hubungan kita dengan sahabat kita itu. Semarah apapun,
sekecewa apapun kita pada sahabat kita itu, kita pasti sudah kangen kan? Kangen
ngobrol lepas, kangen bercanda, kangen jalan-jalan dengan dia, bahkan kangen bully-bully-an dengan dia, meksipun
terkadang berujung pada ngambek-ngambekan lagi.
Jadi lagi (jadinya
belum kelar-kelar), sekecil apapun masalah dengan sahabat kita, harus segera diselesaikan.
Meminta maaf lebih dulu akan jauh lebih baik. Kalau masih sulit juga, mungkin
kita masih butuh waktu. Waktu untuk memaafkan diri kita sendiri dan sahabat
kita itu. Jangan biarkan ego mengalahkan semuanya. Tapi, biarkanlah rasa kangen
pada sahabat kita meluluhkan ego kita untuk meminta maaf dan memaafkan.
\^o^/
No comments:
Post a Comment