Thursday, January 11, 2018

Antara Ego dan Maaf untuk Sahabat



Kisah yang paling berwarna adalah kisah tentang persahabatan. Kisah yang akan melengkapi perjalanan hidup kita dulu, sekarang, dan nanti. Entah itu persahabatan yang sudah lama terjalin, ataupun yang baru saja seumur jagung. Dalam perjalanannya, kisah tentang persahabatan ini akan menghadirkan banyak kenangan. Selain banyak kenangan manis, ada juga kenangan yang kurang manis. Kenapa harus ada yang namanya kenangan yang kurang manis? Karena itulah cara kehidupan mengajarkan kita untuk bersyukur, mengajarkan kita untuk dewasa.
 
Adakah yang baru saja mencicipi kenangan yang kurang manis bersama sahabat? Baru saja ataupun sedang memiliki masalah dengan sahabat mungkin? Punya masalah dengan sahabat sendiri itu lebih rumit dan kompleks daripada dengan orang lain. Kenapa? Salah satu hal unik dalam persahabatan adalah di satu sisi masalah akan mudah diselesaikan karena dia sahabat kita, tapi di sisi lain masalah menjadi jauh lebih sulit untuk diselesaikan karena dia sahabat kita. Terkadang ego membuat masalah semakin berlarut-larut. Kita menjadi sangat berat untuk meminta maaf ataupun memaafkan.

Entah itu masalah kecil ataupun besar, tetap menjadi masalah yang besar. Entah kita ataupun dia yang bersalah, tetap saja kita menganggap dia yang bersalah, titik tanpa koma. Kita berusaha mencari pembenaran dari apa yang sudah kita lakukan, katakan, ataupun pikirkan. Kitalah yang paling benar, sementara dia selalu salah. Kita merasa dialah yang egois dan selama ini kitalah yang selalu mengalah. Saat-saat seperti ini, dia tidak mau minta maaf, apalagi kita sendiri. (#pengalaman T-T ... don’t try this at your life). 

Saat masalah kecil ataupun besar itu tidak kunjung selesai, mungkin kita akan sulit berkomunikasi dengan sahabat kita itu. Jadilah kita mendiamkan dia, atau justru kita yang didiamkan. Mendiamkan ataupun didiamkan orang lain, apalagi itu sahabat sendiri, rasanya ngga enak pakai banget. 

Untuk yang merasa sudah dewasa, mungkin kita tidak akan bertemu peristiwa diam-mendiamkan dengan sahabat. Entah karena merasa tidak enak sudah bersahabat lama, ataupun merasa tidak enak dengan pendapat ataupun pandangan orang lain. Saat itulah, kita akan berusaha bersikap seperti biasanya, meskipun masalah itu masih ada, belum terselesaikan, mungkin justru semakin besar. Sudah mencoba seperti tidak terjadi apa-apa, sekuat hati mencoba mengajak ngobrol, padahal dalam hati hanya ingin menghindarinya. Sangat tidak nyaman berada di dekatnya, sangat tidak nyaman ngobrol dengannya, sangat tidak nyaman bertemu dengannya. 

Jadi, masalah dengan sahabat itu pasti dan pasti membuat hidup tidak nyaman. Kita memang tidak bisa menghindar dari masalah. Mau tidak mau, kita harus menghadapi dan menyelesaikan masalah. Kita tidak boleh membiarkan permasalahan semakin berlarut-larut. Kita harus memperbaiki hubungan kita dengan sahabat kita itu. Semarah apapun, sekecewa apapun kita pada sahabat kita itu, kita pasti sudah kangen kan? Kangen ngobrol lepas, kangen bercanda, kangen jalan-jalan dengan dia, bahkan kangen bully-bully-an dengan dia, meksipun terkadang berujung pada ngambek-ngambekan lagi. 

Jadi lagi (jadinya belum kelar-kelar), sekecil apapun masalah dengan sahabat kita, harus segera diselesaikan. Meminta maaf lebih dulu akan jauh lebih baik. Kalau masih sulit juga, mungkin kita masih butuh waktu. Waktu untuk memaafkan diri kita sendiri dan sahabat kita itu. Jangan biarkan ego mengalahkan semuanya. Tapi, biarkanlah rasa kangen pada sahabat kita meluluhkan ego kita untuk meminta maaf dan memaafkan. 

\^o^/

No comments:

Post a Comment