credit pict: id.pinterest.com
Melanjutkan kisah hati setelah menerima kepastian darinya. Kali ini, untuk hati yang menerima kepastian yang membawa luka. Kepastian tentang cinta yang tak terbalas. Kepastian yang menjadikan melepaskan sebagai keharusan, bukan lagi hanya sebagai pilihan.
Menerima kepastian
tentang cinta yang tak berbalas, pasti rasanya sangat sakit. Bahagia sepertinya
hilang begitu saja. Bahagia kita saat pertama kali bertemu dengannya, saat
mulai jatuh cinta padanya, dan saat bisa mengenal ataupun lebih dekat dengannya
sebagai teman, mulai begitu saja kita lupakan. Yang ada hanya rasa kecewa,
sesal, dan sedih.
Lalu kemana rasa
bahagia itu? Rasa bahagia itu sebenarnya tidak pernah hilang. Kita hanya lupa
caranya untuk bahagia. Bukan seluruh kebahagiaan yang pergi, tapi hanya satu
alasan untuk bahagia yang pergi. Bukankah masih ada banyak alasan kita untuk
bahagia hari ini, besok, dan nanti? Untuk sementara, mungkin kita hanya
melupakan alasan-alasan bahagia itu. Karena cinta, kita bisa bahagia melebihi
bahagia karena alasan bahagia lainnya. Tapi, karena cinta juga, kita bisa
melupakan caranya bahagia, meskipun ada banyak sekali alasan bahagia dalam kehidupan
kita.
Cinta yang pergi membuat
kita melupakan caranya bahagia. Sampai kapan kita melupakan caranya bahagia? Apa
kita juga tetap tidak ingin bahagia? Apa kita juga tetap tidak ingin
melupakannya? Apa kita juga tetap tidak mau melepaskannya?
Dia sudah bahagia
dengan pilihan hatinya sendiri. Haruskah kita menyesali keputusannya untuk
tidak memilih kita? Memilih pilihan hati adalah haknya sendiri, seperti halnya
kita yang memilih dia sebagai pilihan hati. Apa kita tetap harus menyayangkan
keputusannya karena memilih bahagia dengan orang lain? Kita memang yakin bisa
membahagiakannya, bisa selalu menjaga hatinya. Tapi kalau dia sudah bahagia
dengan pilihan hatinya, bagaimana lagi?
Awalnya memang
berat, bahkan sangat berat saat melihat pilihan hatinya ternyata bisa membahagiakannya.
Mungkin karena hati kita masih belum sepenuhnya melepaskan dia. Tapi, bukankah
kalau kita benar-benar mencintai dan menyayangi seseorang, kita akan merasa
bahagia saat seseorang itu bahagia? Kita juga akan ikut bersedih saat seseorang
itu bersedih. Kalau dia sekarang sudah bahagia, kenapa kita tidak mencoba untuk
ikut bahagia? Berat, sangat berat memang. Kita yang baru merasakan patah hati
harus belajar untuk bahagia saat melihat dia bahagia bersama pilihan hatinya. Tidak
ada yang mengatakan hal seperti ini adalah hal yang mudah. Tapi, tidak ada
salahnya untuk mencoba kan?
Dia dan pilihan
hatinya bisa hidup bahagia, sementara kita? Apa harus terlalu lama melupakan
caranya bahagia? Kalaupun kita masih terus bersedih, kecewa, marah, ataupun
membenci keputusannya, sepenuhnya menjadi kesalahan dan tanggung jawab kita
sendiri. Kitalah yang belum juga mengingat caranya bahagia. Kitalah yang
melupakan hak kita untuk bahagia.
Rasa sedih dan
kecewa itu datang karena harapan yang kita simpan dan jaga ternyata jauh dari
kenyataan. Rasa marah dan benci itu, sebenarnya tidak seharusnya muncul, tidak
seharusnya disimpan terlalu lama untuk dia yang pernah dan masih kita sayangi,
kita cintai. Kenapa? Karena dia datang membawa rasa yang indah untuk hati kita.
Krena dia pernah menjadi alasan kita untuk bahagia. Kalaupun dia memilih pergi,
itulah jalan terbaik yang memang harus kita jalani. Selain itu, waktu kita
terlalu berharga hanya untuk membenci, apalagi membenci dia yang pernah kita
cinta.
Disinilah kita
sampai pada kisah hati untuk melepaskannya dan melepaskan cinta untuknya itu.
Untuk apa? Untuk kebaikan kita sendiri. Agar kita tidak lagi melupakan caranya
bahagia. Bukan hanya dia yang berhak untuk bahagia. Kita pun berhak untuk
bahagia, meskipun memang bukan dengan dia. Sekali lagi, ini bukanlah pekerjaan
hati yang ringan, tapi pekerjaan hati yang berat.
Seberat apapun
itu, sesulit apapun itu, melepaskan bukan hanya menjadi pilihan, tapi sebuah keharusan.
Prosesnya memang tidak sebentar, tidak secepat ketika kita jatuh cinta. Karena
itu, nikmati semua proses dan pengalaman yang hadir bersama proses melepaskan
itu. Tidak perlu langsung seketika ataupun terburu-buru, yang penting harus.
Hati kita bukanlah mesin yang memiliki tombol on-off yang bisa kita atur dengan mudah untuk hari ini juga
melupakan dan melepaskan dia, bersama cinta yang selama ini sudah kita
tumbuhkan. Pelan-pelan, suatu saat nanti, sampai kita benar-benar ikhlas, kita
pasti bisa melepaskan dia. Setidaknya, dengan mulai melepaskan dia, kita sudah
mencoba untuk tidak lagi lupa caranya bahagia. Suatu saat nanti, kita pasti
juga bisa bertemu dengan pilihan hati yang kelak menjadi teman hidup. Ya kan?
Yang penting,
jangan pernah menyesali pertemuan dengannya. Jangan pernah menyesal pernah
mengenalnya. Jangan pernah menyesali cinta yang pernah tumbuh
untuknya. Semua itu adalah pelajaran kehidupan yang sangat berharga. Dia hadir
karena sebuah alasan. Alasan untuk mengajarkan kita tentang cinta, sekaligus
melepaskan cinta.
\^o^/
Link terkait
Pengalaman pribadi nampaknya hehehe, bagus tulisannya.
ReplyDelete